Tags

, , ,

my husband

Waktu ngliat wajah polosnya ryowook, jadi mbayangin gimana dia kalo udah nikah, wkwkwkwk. . .
Dan jadilah ff ini, yah semoga aja ada yang suka,, jujur ne, wajahnya ryowook itu kayak anak-anak karena tulang pipinya yang agak nonjol, pantesnya dia yang jadi magnae, tingkahnya juga nggemesin, iiiiihhhh…….gemeeessss……… jdi pingin nyubit pipinya,,
(eunhyuk menatap garang)
Maaf kalau ceritanya amat sangat biasa, soalnya waktu itu yang ada difikiran Cuma wajahnya ryowook aja,
*PLAK*
(Digampar eunyuk)
Ok deh, happy reading aja dah. . . ^^

Kehidupan. . . Apa yang kau tentang kehidupan?? Aku tak tau. . . Adakah yang bisa memberi tauku?? Bahkan aku tidak tau apa sekarang aku mempunyai kehidupan. Kubiarkan hujan deras yang dingin ini mengguyurku, membekukan hatiku yang sudah dingin.
Lagi, ia tak datang!! Tiga tahun yang lalu, ia berjanji untuk datang menemuiku di sini. Di tempat ini pada tanggal, hari dan waktu yang sama. Tapi ia tak datang. Tahun berikutnya-pun aku kembali menunggunya di sini, tapi ia juga tak datang. Dan begitu di tahun-tahun selanjutnya, ia tidak pernah datang.
Ia menghilang begitu saja. tanpa alasan, tanpa pamit, bahkan tanpa sepatah kata apapun. Ia pergi begitu saja dengan membawa semua cinta dan kehidupanku. Dan tidak pernah kembali lagi untuk mengembalikan semuanya. Semua yang telah ia bawa.
Kenapa aku tidak mencarinya?? Sudah, sudah kulakukan. Dan semua itu malah membuatku hancur. Bagaimana perasaanmu saat melihat orang yang kau cintai selama ini, orang yang memberimu harapan, ternyata telah bertunangan dengan gadis lain??
Sakit? Tentu saja sakit. Menangis? Ya, sudah pasti aku menangis. Rasanya seperti paru-paru yang kosong tanpa udara. Seperti hati yang hampa. Dan saat itu juga hatiku menolak semuanya. Menolak kenyataan yang ada, bahwa ia tidak akan meninggalkanku. Bahwa ia akan menepati janjinya, bahwa ia akan menemuiku, di sini di tempat ini karena itu aku terus menunggunya. Bolehkan aku berharap??
Namun kini aku sadar, aku berharap pada hal yang belum pasti. Entah bagaimana aku bisa bertahan hidup tanpa kehidupan hingga saat ini. Dan semakin lama, aku lelah. . . Aku lelah dengan hidupku. Bukan karena ingin membanggakan orang tua aku mendapatkan nilai-nilai gemilang di setiap mata kuliah. Tapi semua itu karena otakku. Aku menyibukkan otakku agar tidak memikirkannya. aku membuatnya berfikir hal lain setiap saat. Namun semua itu tetap saja tidak mengenyahkan sosoknya secara mutlak di fikiranku.
Sekarang setelah sekian lama aku menunggu, sudah saatnya aku melepasnya dan hidup sendiri. Entah bagaimana caraku untuk hidup setelah ia membawa kehidupanku bersamanya. Selamat tinggal Namjachinguku. selamat tinggal Lee Donghae, terima kasih sudah membunuh hatiku. . . .
Rasanya aku tak sanggup untuk berdiri. Rasanya terlalu sakit. Aku takut untuk bergerak. seolah-olah bila aku bergerak sedikit saja, tubuhku akan hancur berserakan di tanah. Tubuhku sudah membeku bersama dinginnya hujan yang mengguyurku.
“Eunni ya. . .”
Aku mendengar suara lembut itu memanggilku. Aku mengangkat wajah dan melihat Kim Jung Hoon, kakakku sedang memayungiku.
“Sudah saatnya kau pulang. . .” ucapnya lembut “Bila memang semuanya terlalu menyakitkan, bila yang ada hanya air mata, melepasnya bukan pilihan yang buruk. . .”
Aku hanya memandangnya nanar. Sekarang aku sadar betapa menyedihkannya diriku. Bahkan Jung Hoon Oppa-pun tau kalau aku berada di tempat ini. Itu tidak mengherankan karena ia tau segalanya tentang aku. Termasuk juga dia!!
“Ayo kita pulang. . .” ajaknya sambil menarik tanganku lembut “Jangan merapuhkan hatimu sendiri, kau masih memilikiku. . .”
Tidak ada yang bisa kukatakan, aku hanya menuruti semua perkataannya. Akhirnya ketika aku melangkahkan kakiku pergi dari tempat ini, dari taman ini, aku bersumpah akan membuangmu jauh-jauh dari hidupku Lee Donghae. Ah tidak. . . aku tidak bisa, karena ia sudah membawa kehidupanku, lalu apa yang kujalani saat ini tanpa kehidupan?? Takdir??
***

“Eunni ya. . .” panggil Eomma lembut.
“Ye?”
“Duduklah sebentar, kami ingin bicara. . . “
Aku mengerutkan alis heran. Ada apa ini? Tidak biasanya semua keluarga berkumpul semua selain saat makan. Aku menatap jung hoon oppa yang duduk disebelah istrinya, ia mengangguk pelan, memberi isyarat untuk menuruti perkataan eomma.
“Ada apa??” tanyaku sambil duduk di depan Eomma dan Appa.
“Eunni ya. . . Ada sesuatu yang ingin Appa sampaikan kepadamu. . .”
Aku menatapnya tanda tanya. Sesuatu apa itu? Apa itu buruk?? Ah, buruk ataupun tidak apa bedanya untukku, karena sekarang aku sudah tidak bisa merasakan kebahagian ataupun kesedihan lagi, hatiku sudah mati rasa.
“Eunni ya. . .Sekarang kau kan sudah dewasa, juga sebentar lagi kau akan wisuda. Jadi. . .dulu saat Appa muda, appa pernah berjanji dengan teman Appa akan. . .mmm. . .” appa menatapku takut, tapi kenapa harus takut?? “Mm. . . Appa berjanji untuk menjodohkan anak Appa dengannya. . .”
Aku memandangnya diam. Tidak bereaksi. Apa yang kurasakan?? Tidak ada. . . karena yah seperti yang sudah kubilang tadi, aku sudah mati rasa.
“Kami akan mengenalkannya dulu denganmu. . . Nanti malam, keluarganya akan makan malam di sini, bagaimana? Kau mau kan bertemu dengannya??” tanya Eomma berharap.
“Terserah kalian saja. . .” ucapku datar tanpa emosi.
Eomma dan Appa menghembuskan nafas lega. Ini memang suatu hal yang sensitive untukku. Mereka tau betapa aku mencintai laki-laki itu dulu. Tapi itu dulu, sudah lama sekali dan mereka melihatku baik-baik saja. Baik-baik saja di hadapan mereka.
“Apa aku boleh ke kamar??”
“Oh, ya, pergilah. . .” jawab Appa sambil tersenyum.
Aku tak tau appa yang kulakukan ini benar atau tidak. Tapi semuanya kuserahkan pada orang-orang di sekitarku yang mengatur kehidupanku karena aku tidak bisa mengaturnya sendiri. Seperti yang kubilang, sebenarnya aku tidak punya kehidupan!!
***

“Eunni ya. . .Kau tau kenapa seorang suami itu disebut sebagai raja??” tanya Eomma lembut sambil menyisir rambutku pelan. ia sedang meriasku untuk makan malam sebentar lagi.
Aku hanya diam mendengarnya. “Karena sebagai seorang istri. . . Kau harus menuruti semua perintahnya. Selama itu tidak bertentangan dengan tuhan,” lanjutnya “Eomma tau ini sulit untukmu. tapi cobalah mengenalnya, jadilah seorang istri yang baik. Karena tidak ada lagi kebahagiaan seorang suami selain mendapatkan seorang istri yang bisa menyempurnakan hidupnya. . .”
Tapi bagaimana dengan kebahagiaanku yang sudah di bawa olehnya?? Akankah selamanya aku seperti ini??
“Eomma, mereka sudah datang!!” panggil Jung Hoon Oppa dari balik pintu kamarku.
“Kami akan segera turun,” jawab Eomma sambil meletakkan sisir dimeja dan menatapku “Ayo Eunni ya, sudah waktunya,”
Aku membiarkan Eomma menarikku dan menggandengku berjalan keluar kamar. Pandanganku tertunduk ke bawah. Yang kulihat, dilantai itu banyak kaki-laki yang bersepatu. Rumah jadi terasa lebih ramai sekarang. Tapi tidak dengan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa dan kosong.
“Ini putri kami,” kudengar nada bangga dalam suara Appa.
“Benarkah? Ah cantik sekali, sangat serasi dengan Wookie,” seorang wanita menimpali.
“Eunni ya, ayo kenalkan dirimu!!” bisik Eomma di telingaku.
Aku mengangkat wajahku pelan dan melihatnya. . . Laki-laki itu kurus dan tinggi. Wajahnya terlihat seperti anak kecil. Tulang pipinya lebih menonjol membuatnya tampak seperti anak-anak.
“Anyeong haseo, Han Eun Ah imnida. . .” kataku sambil membungkukkan badanku pelan.
“Kim Ryeowook imnida. . .” balas laki-laki itu.
Tidak mengulur-ulur waktu, kami langsung menuju ruang makan. Sambil makan, mereka semua terlihat senang berbicara tentang masa lalu. Eomma, Eonni, dan Ajhuma itu terlihat sedang seru membicarakan sesuatu. Dan Appa terlihat sedang bernostalgia dengan Ajhusi itu, sesekali melibatkan Jung Hoon Oppa dan namja itu.
Aku mengamatinya diam-diam. Ia terlihat sangat sopan. Dan tidak henti-hentinya tersenyum bila ada yang bertanya kepadanya. Aku menyukai senyumnya. . . Senyumnya terlihat natural seperti anak-anak. Bisakah aku menjadi istri yang baik untuknya?? Seperti apa dia nanti?? Aku tak tau. . . Tapi aku tidak merasakan takut ataupun gelisah, karena seperti yang sudah kubilang, aku sudah mati rasa. (bosen gw nulisnya, kenapa gak mati aja sekalian wkakakka)
***

Acara wisudaku sudah selesai, Appa tidak mengijinkanku bekerja. Dan seminggu setelah acara wisuda itu, aku menikah dengan seorang namja yang bernama Kim Ryeowook itu. Pesta pernikahan kami dilakukan secara sederhana. Tidak ada yang istimewa bagiku karena sejujurnya aku sendiri tidak bisa merasakan apa yang disebut istimewa.
Dan sekarang, setelah pesta itu selesai kami langsung menuju. . . rumah kami!! Hadiah pernikahan dari Appa Ryeowook. Rumah itu sederhana. Ada taman kecil di depannya. Namun tak mampu menghangatkan hatiku. Bagiku di mana pun aku berada tak ada bedanya.
Aku duduk di atas tempat tidur sambil termenung. Apa yang harus kulakukan selanjutnya?? Kupeluk kedua lututku. Dulu tidak pernah kubayangkan hidupku akan seperti ini. Sama sekali tidak pernah. . .
Ryeowook keluar dari kamar mandi, ia sudah berganti dengan pakaian piama. Aku hanya diam menatap lurus kedepan. Entah apa yang akan ia lakukan, aku akan diam saja karena aku adalah miliknya saat ini.
“Mmm. . .Aku akan tidur diluar, kau cepatlah tidur,”
Aku tertegun menatapnya yang sudah mengambil satu bantal dan satu guling “Kenapa tidur di luar??” tanyaku. Di rumah kami ini memang hanya ada satu kamar. Sebenarnya ada dua, tapi yang satu terkunci. Dan kunci itu Appa Ryeowook yang memegangnya. Ia bilang belum saatnya untuk menggunakan kamar itu. Aku tidak tau maksudnya, tapi aku hanya diam saja saat itu.
ryeowook menatapku bingung, tidak bisa menjawab. Matanya bergerak ke sana kemari mencari jawaban.
“Kau tidak perlu tidur di luar. . . Ini kamarmu juga,” kataku pelan.
“Tapi. . .Aku takut akan membuatmu tidak nyaman. . .”
“Aku baik-baik saja. . . Bukankah kau suamiku?? Sudah sepantasnya kau tidur di sini,”
Aku melihatnya menatapku terkejut, tapi kemudian ia menunduk sambil tersenyum malu-malu. Ia benar-benar mirip dengan anak-anak.
“Baiklaah. . .” katanya pelan kemudian mengembalikan bantal dan guling itu lagi.
Aku tetap pada posisiku. Memandang lurus kedua lututku. Kurasakan ia naik ke tempat tidur. “Ryeowook ssi, boleh aku bertanya padamu??” tanyaku ragu. Sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan ini padanya.
“Ye?”
“Kenapa kau mau menikah denganku??”
Hening. Ia tidak menjawab. Atau mungkin ia tidak tau jawabannya, entahlah. . .
“Aku tidak tau. . .” ucapnya pelan “Selama ini aku tidak menginginkan apapun karena aku sudah memiliki semuanya. Orang tua yang menyayangiku, pekerjaan yang menyenangkan. . . Semuanya sudah kumiliki. aku hanya ingin sesuatu yang berbeda di hidupku. . .”
Aku terdiam mendengar jawabannya. Betapa beruntungnya ia, memiliki segala-galanya. Sedangkan aku, kehidupan saja tidak punya.
“Kalau kau? Kenapa kau mau menikah denganku??” tanyanya tiba-tiba.
Aku diam, tidak tau harus menjawab apa. Aku bingung. . .”Karena. . . Karena aku sudah tidak memiliki kehidupan. Jadi kubiarkan orang-orang di sekitarku yang mengambil alih kehidupanku,” jawabku pelan “Tapi aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Aku akan melayani semua kebutuhanmu. . . semuanya. . . termasuk jika kau ingin menyentuhku. . .”
“……”
Sunyi tidak ada jawaban.
“Tidak untuk sekarang. . .” katanya tiba-tiba “Aku tau kau belum siap untuk itu, dan aku pun belum siap,”
Aku tertegun mendengarnya. Apa ia bicara serius?? Kim ryeowook, seperti apa dirimu sebenarnya?!
“kita akan melakukan itu nanti, saat sudah ada cinta yang datang. Saat ini kuserahkan segala-segalanya pada waktu,”
Hatiku terasa perih mendengarnya. Akankah cinta itu datang?? Bagaimana ia bisa datang kalau seseorang sudah membawanya pergi dan tidak pernah mengembalikannya?? Bagaimana ia bisa datang??
Tanpa terasa air mataku jatuh. beruntung aku membelakanginya, jadi ia tidak bisa melihat air mata ini. “Tapi aku sudah tidak punya kehidupan. . .” ucapku lirih.
“Aku yang akan memberimu kehidupan. Sekarang tidurlah, kau pasti lelah,”
Aku merasakan ia bergerak menarik selimut sementara aku masih termenung dengan fikiran yang kacau.
***

Aku membuka mataku dan menoleh ke samping. Aku mengerjap kaget melihat seseorang di sampingku. Kemudian aku sadar, saat ini aku tidak sendiri lagi. Kutatap wajah Ryeowook yang masih tertidur pulas itu. Entah kenapa rasanya menyenangkan melihat wajahnya. Wajahnya benar-benar terlihat seperti anak-anak. Hanya saja badannya tinggi sehingga ia tidak terlihat sebagai anak-anak.
Aku bangun dari tidurku dan beranjak ke dapur membuat teh. Aku memandang ke luar jendela sambil menyesap teh hangat itu. Berharap bisa menghangatkan hatiku. Namun sia-sia. . .
“Kau sudah bangun??”
Aku tersentak dan menoleh ke belakang. Kim Ryeowook, laki-laki itu sedang berdiri di ambang pintu sambil mengucek-ucek mata dengan salah satu tangannya. Aku tertawa kecil melihatnya. Ia kelihatan seperti bocah belasan tahun. Ia menatapku lekat.
“Kenapa??” tanyaku bingung.
“Kau. . .tertawa. . .??”
Seketika aku terheyak. Aku tertawa?? Benarkah aku tertawa?? Aku menatapnya bingung, bingung dengan diriku sendiri.
“Ini. . .pertama kalinya aku melihatmu tertawa,” ucapnya takjub “Dan kau benar-benar manis. . .” Ryeowook menunduk sambil tersenyum malu-malu saat mengatakannya.
Sementara aku, aku masih terpaku di tempatku. Benarkah tadi aku tertawa?? Benar-benar tertawa, bukan berpura-pura. Aku tak tau. . .
“Mm. . . kau bisa memasak??” tanyanya pelan.
Aku terdiam sejenak kemudian menggeleng pelan “Mianhae,” ucapku pelan.
“Gwenchanae,” jawabnya sambil tersenyum “Kau tidak tau kalau aku seorang koki handal?! Apa yang ingin kau makan??” tanyanya semangat.
Apa yang ingin kumakan? Apa?? Selama ini aku hanya memakan, tidak pernah memikirkan apa yang kumakan. Bahkan rasanya-pun aku tak tau.
“Eunni ya. . .??” tanyanya lagi, mengagetkanku.
“Apa saja boleh,” ucapku pelan.
“Tapi aku ingin memasak makanan yang kau sukai,” katanya dengan wajah sedih.
Aish. . .Kenapa dia memasang wajah seperti itu?? Aku tidak suka melihatnya sedih!!
“Aku menyukai semua makanan,” jawabku asal.
“Benarkah??” tanyanya semangat “Kalau begitu aku akan memasakkan makanan yang banyak untukmu,”
Aku suka melihat wajah cerianya itu, hatiku jadi ikut bersemangat. Seolah-olah ia sudah menyalurkan keceriaannya padaku.
“Tapi. . .” raut wajahnya tiba-tiba menjadi ragu.
“Kenapa?”
“Kalau kau makan banyak nanti jadi gendut,” ucapnya takut-takut “Kau tidak marah padaku??”
Aku menatapnya terperangah. . . Sedetik kemudian aku tertawa. Apa yang ada di pikirannya saat ini?? Ia takut aku marah kepadanya kalau aku jadi gendut?? Astaga Kim Ryeowook. . . Betapa polosnya dirimu? Tapi kemudian aku terkejut, aku tertawa lagi??
Perlahan tawaku memudar. Saat ini aku bisa tertawa?? Bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bisa tertawa seperti ini. Aku tidak pernah bisa tertawa lepas sejak saat itu. . .Sejak ia. . . Sejak ia. . . Tiba-tiba saja air mataku jatuh. Rasa sakit itu kembali menyerangku. . . Kenapa masih sakit?! Bukankah hati ini telah mati??
“Eunni ya?? Ada apa??” tanya Ryeowook cemas sambil menghampiriku.
Aku merasakan jari-jarinya yang halus mengusap air mataku teramat pelan. Seolah-seolah takut melukai kulitku. Aku menggeleng pelan sambil menghapus air mataku.
“Ayo kita memasak, kubantu kau. . .” kataku pelan.
“Kau yakin?” tanyanya ragu.
Aku mengangguk pelan. ia tersenyum ceria lagi, membuatku ikut tersenyum tipis. Dengan semangat ia mengambil bahan-bahan yang ada di lemari es. Aku melihatnya memasak sambil membantunya mengerjakan hal-hal kecil seperti mengupas sayur, mencuci sayur. Ia benar-benar semangat.
“Kau tau?” tanya Ryeowook tiba-tiba sambil memasukkan sayur ke dalam panci “Kalau kita memasak dengan penuh kebahagiaan, orang yang memakannya juga akan merasakan kebahagiaan itu. Tapi kalau kau memasak dengan perasaansedih, orang yang memakan masakan itu pun akan merasa sedih. . .”
“Benarkah?”
“Ya, tentu saja. karena itu lakukan semuanya dengan penuh rasa bahagia, karena hasilnya pun akan memberi kebahagiaan,”
Aku tertegun menatapnya. Lalu bagaimana dengan orang sepertiku yang tidak dapat merasakan sama sekali?? Bagaimana?? Bisakah aku memberi kebahagiaan sedangkan aku sendiri tidak memilikinya??

“Ayo cobalah,” katanya riang sambil menyodorkanku semangkuk sup.
Aku mengambil sendok dan mencicipinya. Rasanya enak. . . Dan membuat tenggorokanku jadi hangat. Aku menyendok lebih banyak dan menyuapkannya ke mulutku.
“Bagaimana??” ia menatapku lekat-lekat.
Aku terdiam sejenak, entah kenapa aku ingin membuatnya penasaran. Ia menatapku cemas. Wajahnya benar-benar lucu. “Mashita,” kataku sambil tersenyum.
“Jjinja??”
Aku mengangguk dan dia tersenyum cerah. “Syukurlah kalau kau suka,”
Aku melanjutkan makanku bersamanya. “Mm. . . Kau tidak kerja hari ini??” tanyaku.
Ia mengangkat wajahnya dan menatapku “Appa memberiku libur hari ini,”
“Oh. . .”
“Kau ingin kemana hari ini??” tanyanya tiba-tiba.
“Eh?” aku menatapnya bingung. Kenapa ia selalu menanyakan hal yang membuatku bingung?? Selama ini aku tidak pernah pergi kemana-mana. Sejak ia . . .Sejak laki-laki itu membuatku hancur aku tidak punya keinginan apapun lagi. Seperti yang kubilang aku tidak punya kehidupan, karena manusia hidup pasti punya keinginan.
“Aku tidak tau. . . .” jawabku pelan.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan??” tanyanya semangat.
“Ke mana??”
“Kemana saja,, ke taman hiburan, ke tempat ice sketing, nonton, apa saja, bagaimana?? Sudah lama aku tidak melakukan hal itu!!” katanya ceria.
Aku ingat saat aku ingin pergi ke tempat-tempat itu, dia tidak mau dengan alasan tidak menarik. Sebagai gantinya ia malah mengajakku ke pantai, atau hanya duduk-duduk di taman. Di taman itu. . .
“Eunni ya, kenapa kau menangis??” tanya Ryeowook panik.
Aku tersentak dan baru sadar kalau air mataku jatuh. Tapi bukannya berhenti malah semakin deras.
“apa kau tidak suka? Kalau begitu tidak usah. sudah ya, jangan menangis lagi. . .”
Aku menggeleng dan menghapus air mataku. Kemudian tertegun saat melihatnya. Ada lapisan bening di mata Ryeowook, ia masih saja menatapku cemas. Apa dia. . . Dia ikut menangis??
“Gwenchanae. . . Ayo kita pergi. aku juga ingin pergi ke sana dari dulu,”
“Benarkah??” tanyanya masih ragu.
Aku mengangguk dan tersenyum kepadanya. Kemudian ia ikut tersenyum dan mengusap matanya. Kim Ryeowook, kau benar-benar laki-laki yang polos. . .
***

Hari ini kami pergi nonton. Kemudian bermain ice sketing, dan pergi ke taman hiburan. Kami mencoba semua permainan yang ada. Untuk pertama kalinya, aku bisa melupakannya. . . Benar-benar melupakannya. Dan semua itu karena laki-laki yang bernama Kim Ryeowook.
Baru sehari aku menjadi istrinya, tapi ia sudah membawa banyak perubahan dan hal-hal yang baru padaku. Dan ini juga hari di mana aku bisa tertawa lepas tanpa harus berpura-pura. Rasanya. . . melegakan.
Tidak terasa kami pulang ke rumah saat hari sudah malam. Sampai di rumah kami langsung mandi dan beristirahat. Dan saat ini kami sedang nonton tv sambil duduk bersandar di tempat tidur.
“Kim Ryeowook ssi. . . Terima kasih untuk hari ini,” ucapku pelan sambil menatap ke arah tv.
“Tidak perlu berterima kasih. aku tidak melakukan apapun untukmu,” jawab Ryeowook “Aiiish. . . kenapa acara hari ini tidak ada yang bagus?” runtuknya.
Aku tersenyum melihatnya. Benarkah aku menikah dengan laki-laki yang berusia 25 tahun? Kenapa sepertinya dia masih berusia 15 tahun?? kemudian ia mematikan televisi itu dengan kesal. Ruangan menjadi remang-remang, karena hanya lampu tidur saja yang menyala.
“Eunni ya. . .” panggilnya tiba-tiba.
“Ye?”
“Bolehkah aku minta sesuatu padamu??”
Aku terdiam mendengarnya. Apakah dia akan meminta hal itu sekarang?? Apa yang harus kulakukan?? “Apa itu. . .??” tanyaku pelan.
“Bisakah kau memanggilku Oppa??”
Aku tercengang menatapnya “Kau hanya memintaku memanggilmu Oppa??” tanyaku tidak percaya.
“Ne, kau tidak mau??” tanyanya kecewa.
“Ah ani, tentu saja boleh Oppa,” aku tersenyum menatapnya.
Ia tersenyum lebar mendengarnya “Seperti itu lebih bagus. Kalau kau memanggil namaku rasanya kita seperti dua orang asing,”
Aku benar-benar tidak mengerti jalan fikirannya. Ia sulit sekali ditebak.
“Eunni ya. . .Boleh aku bertanya sesuatu kepadamu??” tanyanya menyadarkanku dari lamunanku.
“Ye?”
“Siapa. . . Orang yang sudah membuatmu kehilangan kehidupan?? Siapa orang yang sudah mengambil kehidupanmu??”
Jantungku terasa terhenti mendengar pertanyaan itu. Rasanya ada ribuan pisau yang menghujam tepat di jantungku. Kenanganku tentang dia kembali lagi mengisi semua tempat di fikiranku.
“Maaf membuatmu sedih. Tapi aku hanya ingin tau semua tentang gadis yang hidup bersamaku, apa kau keberatan??”
Aku menggeleng pelan, air mataku jatuh tanpa bisa kucegah. Dan semakin mengalir deras. Ia menatapku sedih, meraih wajahku dengan kedua tangannya yang halus dan menghapus air mataku “Aku tidak ingin melihatmu menangis seperti ini. Aku hanya ingin melihatmu tertawa. Aku memang bukan suamimu seutuhnya, tapi aku bisa menjadi teman atau sahabatmu seutuhnya,”
Air mataku mengalir semakin deras. Ryeowook memelukku. Rasanya hangat. . . Ia mendekapku, aku bisa mendengar detak jantungnya. ini pertama kalinya ada seseorang yang mau menyanggahku. . . Menyangga hatiku yang sudah rapuh tanpa kehidupan.
“Dia-dia. . .mengingkari. . .janjinya Oppa. . .. “ isakku “Dia. . .Dia tidak datang saat itu. Ternyata. . . dia . . . dia meninggalkanku untuk gadis lain. . .” aku semakin terisak. Selain di depan Jung Hoon Oppa, inilah pertama kalinya aku memperlihatkan betapa rapuhnya aku.
“Aku tetap menunggunya. . .di sana. . . Setiap tahun aku selalu menunggunya. . . Tapi ia tidak pernah datang. . . Ia sudah pergi membawa semuanya, . . . Cintaku, kebahagiaanku, kehidupanku. . .semuanya sudah ia bawa. . . Dan sekarang aku tidak punya apa-apa lagi Oppa. . .Aku tidak punya. . .” tangisku semakin keras.
Ryowook melepaskan pelukannya, mengusap air mataku dengan jari-jarinya “Sudah saatnya kau melepasnya. . . Aku berjanji akan memberimu kehidupan, aku berjanji akan memberimu kebahagiaan dan cinta. . .”
“Tapi aku tidak bisa memberi semua itu kepadamu Oppa. . . Ia sudah mengambil semuanya. . .”
“Ssst. . . Tidak perlu, aku tidak meminta apapun darimu. dengan kau berada disisiku itu sudah cukup. sekarang jangan menanggung semuanya sendirian. bagilah denganku, karena sekarang kau memiliki aku, araseo??”
Aku mengangguk pelan. ia merapikan rambutku kemudian mencium keningku lalu memelukku lagi. Rasanya hangat dan nyaman. Sedikit meredam semua rasa sakit di hatiku. Ia semakin mendekapku erat dan aku mengangkat tanganku memeluk pinggangnya. Semakin lama, semuanya menjadi kabur dan aku pun terlelap.
***

Aku merasakan mataku berat. Pasti sudah bengkak. Kurasakan aku sulit bergerak. Aku membuka mata pelan dan ternyata, aku masih ada dalam dekapannya. Ia masih memelukku erat. Rasanya masih hangat. Entah kenapa jantungku tiba-tiba berdebar, dapat kucium wangi tubuhnya yang lembut. Aku bergerak menggeser tangannya pelan, tapi itu membuatnya terbangun. Reflek aku memejamkan mata lagi saat ia terbangun. Berpura-pura tidur.
Kurasakan ia bergerak pelan. kemudian melepaskan pelukannya dengan amat sangat pelan agar aku tidak bangun. Aku merasakan jari-jarinya yang merapikan rambutku, kemudian sebuah kecupan mendarat di keningku. Rasanya menenangkan. Ia menarik selimut lebih tinggi hingga menutupi bahuku. Agak lama kemudian kudengar suara pintu dibuka lalu ditutup kembali.
Aku membuka mataku dan menoleh ke arah pintu tempatnya keluar. Tanpa kusadari tangan kananku terangkat menyentuh dadaku yang entah kenapa berdebar-debar keras. Apa yang terjadi kepadaku??
Saat aku keluar kamar, ia sudah selesai memasak dan mengaturnya di meja makan “Kau sudah bangun?” tanyanya sambil tersenyum riang.
Aku membalas senyumnya. “Biar aku yang melakukannya,” kataku sambil merebut piring yang dipegangnya “Bukankah kau harus kerja, cepatlah mandi. . . Aku sudah menyiapkan bajumu,”
“Ne, gomawo,” ia tersenyum kemudian berjalan masuk ke kamar.
Aku menata makanan itu di meja dan menyiapkan minumannya. Ia keluar dari kamar sudah rapi dengan jasnya. Ah, ia masih saja terlihat seperti anak-anak. Kenapa ia punya wajah sepolos itu?!
Kami makan bersama dalam diam. Kemudian aku mengambilkan tasnya di kamar dan memberikan kepadanya.
“Gomawo, aku pergi dulu,” katanya sambil tersenyum.
“Oppa. . .” panggilku tiba-tiba saat ia sudah meraih handle pintu.
“Ya?” ia menoleh dan menatapku tanda tanya.
Aku berjalan menghampirinya dan cup. . . Kukecup pipinya pelan “Hati-hati. . .” bisikku.
Ia tersenyum malu-malu sambil menunduk, wajahnya terlihat memerah. Sangat menggemaskan. “N- ne. .. Gomawo, aku akan cepat pulang,” ucapnya sedikit gugup.
Aku mengangguk sambil tersenyum kemudian ia membuka pintu dan keluar. Aku menutup pintu pelan dan kembali ke meja makan untuk membereskan piring-piring. Setelah itu aku membersihkan rumah dan mencuci. kemudian aku duduk di samping jendela, menatap taman di luar.
Tidak ada lagi yang bisa kukerjakan. Tiba-tiba saja aku merasa hatiku kembali menjadi sepi. Aku memeluk lututku. Entah kenapa aku menginginkannya di sini saat ini. aku menginginkan wookie oppa menemaniku. Menyalurkan keceriaannya kepadaku. Kemudian aku beranjak dari tempatku, sebaiknya aku pergi ke rumah, di sana ada eomma dan Eun Hye Eonni, istri Jung Hoon Oppa.
***

Aku pulang dari rumah eomma saat hari sudah malam. Tapi Wookie Oppa tadi sore telepon bahwa tiba-tiba saja ia ada acara bersama staf kantor dan agak pulang terlambat. karena itu aku sekalian makan malam di tempat Eomma. Saat aku pulang ia belum ada. Segera saja aku mandi.
Bell rumah berbunyi saat aku sedang mengeringkan rambutku. Pasti Oppa. aku segera membukakan pintu untuknya. Dan benar saja itu memang Wookie Oppa. ia tersenyum menatapku.
“Kau sudah makan Oppa??” tanyaku sambil mengambil tas dari tangannya. “Omo. . . Tanganmu terluka, apa yang terjadi??” tanyaku cemas.
“Tadi. . . menjatuhkan gelas hingga pecah. . .”
“Ada apa denganmu??” tanyaku saat melihatnya memegang kepalanya “Kau mabuk??” tercium bau alkhohol dari mulutnya.
Ia menggeleng pelan “Tadi hanya minum beberapa gelas, dipaksa teman kantor. . .”
“Duduklah, kuobati lukamu,” aku menariknya ke kamar dan menyuruhnya duduk di tempat tidur. Kubantu ia melepas jas, dasi, dan sepatunya. Kemudian kuambil kotak obat dan mengobati tangannya yang terluka. Tidak parah, hanya perlu diperban sedikit di jari telunjuknya. “Nah sudah selesai. . .” kataku sambil mengangkat wajah menatapnya.
Ia sedang menatapku lekat. Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa sesak nafas. Dan sebelum aku menyadari, sebelum aku sempat berfikir, Wookie Oppa sudah meraih daguku dan menyapu bibirku pelan.
====== SKIP ======

Aku merasakan tubuhku sakit semua. Aku menggeliat pelan dan baru kalau ada sebuah tangan memelukku. Wookie Oppa. gerakanku membuatnya terbangun juga. Kami sama-sama membuka mata.
Aku terkesiap saat melihat keadaan kami, seketika kami menarik selimut untuk menutupi tubuh kami masing-masing.
“Eunni ya. . .” panggilnya sambil menatapku takut “Mi-mianhae. . .”
Aku masih tercenung. Semalam. . . Aku- Kami benar-benar melakukan itu? Ataukah hanya mimpi? Aku melakukannya dengan Wookie Oppa? apa yang kurasakan saat ini? Apa aku menyesal?? Tidak. . . Aku tidak menyesal sudah melakukannya. Entahlah. . . Apa mungkin karena orang itu Wookie Oppa?? aku tak tau. . .
Aku menoleh kearahnya “Gwenchanae Oppa. . . Bukankah aku istrimu?? Sudah sepantasnya kau melakukan itu kepadaku,” kataku sambil tersenyum tipis.
Ia menatapku ragu “Mianhae. . .” ucapnya sekali lagi sambil menundukkan kepalanya.
“Cepatlah mandi, kau harus kerja bukan?? Kubuatkan roti panggang untukmu,” kataku bersikap tidak perduli.
“Ba-baiklah. . . Tapi. . . Bisakah kau menutup mata sebentar??” pintanya gugup “A-aku ingin mengambil bajuku. . .”
Aiish. . . Aku menarik selimut menutupi wajahku. Kenapa wajahku terasa panas?? Aigoo. . . Apa ia melihat mukaku yang memerah??!
“Kau sudah boleh membuka mata!!” teriaknya dari dalam kamar mandi.
Aku bangun dari tempat tidurku dengan hati-hati. Kemudian kuambil baju handukku di lantai dan kupakai. Tanpa sadar aku tersenyum. Tunggu dulu, kenapa aku harus tersenyum??
Aku menggeleng-gelengkan kepala pelan dan menuju lemari untuk menyiapkan baju untuknya. Setelah ini aku juga harus menyiapkan sarapannya.
***

Tidak terasa aku sudah lebih dari sebulan menjadi istri dari Kim Ryeowook. Aku merasa nyaman di sisinya. Ia bisa menulariku semangat dan keceriaannya. Aku pun belajar banyak hal-hal baru darinya. Aku sudah mulai bisa memasak sekarang. Dan setelah kejadian itu, ia tidak pernah menyentuhku lagi. Dan selalu berhati-hati saat kontak fisik denganku.
Seperti biasa, aku selalu kesepian saat ia pergi kerja. Setelah mengurus rumah, tidak ada hal yang bisa kukerjakan. Aku sedang duduk termangu sambil melihat foto-foto Wookie Oppa waktu kecil dulu. Aigoo. . . Ternyata saat kecil ia gemuk. Setelah bosan melihat foto-foto kulirik jam di atas meja samping televisi. sudah saatnya makan siang. dan aku ingat, persediaan bahan makanan di rumah hampir habis. Sebaiknya aku belanja untuk mengisi waktuku ini.
Ah, tidak terasa aku menghabiskan waktu dua jam untuk berbelanja. Sepertinya setelah ini aku harus mencoba resep masakan baru dan menunjukkannya pada wookie oppa, memasak ternyata menyenangkan juga.
“Eunni ya. . .”
Aku membeku mendengar suara itu. Langkahku otomatis langsung berhenti. Tidak, semoga ini hanya mimpi. . .Perlahan aku membalikkan badan dan. . . kantong-kantong belanjaanku terlepas begitu saja dari tanganku saat melihatnya. Dia, laki-laki itu sedang berdiri menatapku. . .
Lee dong hae. . .
Ia menghampiriku cepat dan memelukku. Aku benar-benar mematung hingga tak tau apa yang harus kulakukan. “Aku sangat merindukanmu. . .” bisiknya pelan.
Seketika aku langsung mendorongnya menjauh “Jangan menyentuhku Lee Donghae ssi,” desisku marah.
“Mianhae Eunni ya. . . Mianhae. .. “ ia menatapku dengan pandangan yang begitu menyesal.
Tanpa sadar air mataku jatuh. “Terlambat Lee Donghae ssi. Kau sudah terlambat. . .”
Ia menggeleng pelan kemudian meraih tanganku. Aku mencoba melepaskannya namun ia terlalu kuat. “Tidak Eunni, aku sudah kembali untukmu. . . Maaf karena aku tidak menepati janjiku. Tapi aku berjanji, mulai sekarang tidak akan yang bisa menghalangi kita lagi. . .”
“Aku tidak mau mendengar janjimu Lee Donghae ssi. Aku tidak mau. . .” air mataku semakin deras. Hatiku benar-benar sakit. Amat sangat sakit.
“Mianhae, mianhae. . .” ucapnya berkali-kali sambil memelukku. Aku memberontak dalam pelukannya “Lepaskan aku Donghae ssi. . . Lepaskan. . .”
“Tidak akan kulepaskan lagi Eunni ya. . . Aku mencintaimu. . .”
“Setelah kau meninggalkanku bertahun-tahun demi gadis lain dan sekarang kau bilang kau mencintaiku?? Apa kau masih punya hati Lee Dong Hae ssi??”
“Maafkan aku Eunni ya, tapi kau salah. . . Dari dulu aku mencintaimu. hingga kinipun aku tetap mencintaimu!!”
“Lalu kenapa kau meninggalkanku?? Kenapa??” aku terisak hebat sambil memukul-mukul dadanya “Apa kau tidak tau bagaimana hancurnya aku?? Kau sudah mengambil kehidupanku Lee Dong Hae ssi. . .”
“Mianhae. . . Tapi aku punya alasan untuk itu, kumohon dengarkan aku Eunni ya. . .”
Aku menggeleng, “Kau sudah terlambat lee Donghae ssi, sudah terlambat. . .” aku mendorong tubuhnya sekuat yang kubisa. Ia terhuyung ke belakang tapi kemudian dengan cepat menyambar tanganku.
“Lepaskan aku Lee Donghae ssi. . . Kumohon. . .”
“Tidak Eunni ya. Tidak akan. . .” aku melihat air matanya jatuh, dan itu membuatku rapuh. Tapi aku harus pergi.
“Lepaskan Lee Donghae ssi. . . Kau sudah tidak berhak atas diriku!!” aku mencoba melepaskan genggaman itu tapi ia tetap tidak mau melepaskannya.
“Maaf, tapi bisakah kau melepaskannya tuan?? Aku tidak suka kau memegang tangan istriku!!”
Aku tersentak menoleh ke asal suara itu “Oppa. . .” seketika Dong Hae melepaskan pegangannya.
“Istri??” gumamnya bingung.
Wookie Oppa menghampiriku dan menggenggam tanganku “Apa kau tidak melihat ada cincin di jari manisnya??” katanya sambil mengangkat tanganku, menunjukkan cincin itu.
Dong Hae menatapku nanar dan terluka. . .??
“Bawa pergi aku Oppa. . .” pintaku pelan.
“Aku akan menunggumu Eunni ya, aku benar-benar punya alasan kenapa aku mengingkari janjiku!! Kutunggu kau ditaman itu. . . Aku akan tetap ada di sana hingga kau datang!!”
Aku menatap Donghae terdiam. “Bawa aku Oppa. . .” pintaku lagi. Wookie Oppa memeluk bahuku dan membawaku pergi.

Wookie Oppa membawaku ke sebuah taman bermain. Kami duduk di salah satu bangkunya. Ia menatapku lurus “Kau butuh bahu untuk menangis??” tanyanya pelan. seketika itu juga aku membenamkan diri di dadanya dan menangis sepuasnya. Ia memelukku erat.
Hatiku benar-benar perih saat ini. Kenapa ia harus datang di saat seperti ini?? Kenapa ia tidak datang dulu, beberapa bulan yang lalu?? Kenapa saat aku sudah mulai bisa melepasnya ia kembali? Apa yang diinginkannya? Kenapa ia harus membuat luka ini berdarah lagi? Kenapa?
Sudah lama Wookie Oppa memelukku. Sejam, dua jam, aku tidak tau. . . Aku sudah berhenti menangis. Kudengarkan detak jantungnya. Kemudian aku melepaskan diri darinya.
Kami sama-sama diam. Aku memandang tanah di bawahku. Fikiranku kacau. Sebagian hatiku masih menginginkan dong hae kembali. Namun kenapa sepertinya aku tidak ingin pergi dari sisi wookie oppa? aku sudah terlanjur nyaman berada di sisinya. Aku suka melihat wajahnya, aku suka melihat tawanya. Dan aku bahagia bersamanya.
Tunggu dulu. . . Bahagia? Benarkah aku bahagia?? Ya, aku bahagia. . . Aku bisa merasakannya. . .
“Bagaimana kau menemukanku Oppa?” tanyaku memecah keheningan.
“Aku baru pulang menemui klien dan melihatmu di jalan. . .”
Hening lagi. Aku tidak tau apa yang harus kukatakan.
“Eunni ya. . .” tiba-tiba Wookie Oppa memanggiku pelan “Pergilah. . . “
Aku terkesiap mendengarnya. Apa ia serius??
“Kalau kau mencintainya, pergilah. . .” ia menatapku dengan wajah sayu. Apa itu? Aku tidak suka melihat wajahnya yang seperti itu.
“Oppa. . .” air mataku mengalir lagi.
Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjongkok di hadapanku. Dipegangnya wajahku dengan kedua tangannya menghapus air mataku “Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. . .” gumamnya pelan “Bukankah dulu aku pernah bilang akan memberimu kehidupan?? Jika memang ia adalah kehidupanmu, maka aku rela menukarnya dengan apapun untuk kebahagiaanmu,”
Air mataku mengalir semakin deras. “Jangan menangis lagi, temui dia, dengarkan apa alasannya. kalau kau memang mencintainya, aku rela. . .” tambahnya.
Tidak oppa. . . Bukan ini yang aku inginkan. .. Apa aku mencintainya?? Apa aku mencintainya?? Apa aku mencintai Lee Donghae?? Aku tidak tau. . .
“Ayo kuantar kau ke sana. . .” Wookie Oppa menarik tanganku, dan aku mengikutinya dengan gamang. Tunggu dulu. . . Biarkan aku berfikir. Tapi fikiranku kacau saat ini. Kau benar-benar penghancur Lee Dong Hae. hanya dalam sekejab saja kau sudah menghancurkan hatiku lagi.
“Kita sudah sampai,”
Aku tersentak menatap taman yang ada di depanku. Sejak kapan kami tiba disini??
“Ayo turunlah,” Wookie Oppa melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil.
Aku termangu di tempatku. Entah kenapa kakiku tidak bisa bergerak. Pintu di sampingku terbuka. Wookie Oppa mengulurkan tangannya. aku menatapnya ragu sejenak, kemudian menerima uluran tangannya.
Ia menggandeng tanganku berjalan menuju taman itu. Entah kenapa rasanya dadaku sesak. Karena Lee Dong Hae?? Tidak, tidak. . . Bahkan sekarang bukan ia yang kupikirkan. . . Tiba-tiba Wookie Oppa berhenti. Aku menatapnya bingung kemudian mengikuti arah pandangnya. Di sana dibangku tempat aku menunggunya, Lee Donghae, laki-laki itu sedang duduk sambil menunduk.
“Pergilah. . .” kata Wookie Oppa pelan sambil menatapku. “Ambilah lagi kebahagiaanmu,” ia tersenyum lemah sambil melepaskan genggamannya.
Aku masih menatapnya ragu. Benarkah ini yang kuinginkan?? Aku membalikkan badan, namun baru selangkah Wookie Oppa menahan tanganku. Aku kembali menatapnya.
“Eunni ya, sebelum kau pergi. . . Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu,” katanya pelan. “Aku memang belum pernah mengatakannya dan mungkin setelah ini aku tidak bisa mengatakannya lagi,”
Aku masih menatapnya diam. Ia menatapku tepat di manik mata.
“Saranghae Han Eun Ah ssi. . .” ucapnya jelas.
Aku terheyak. Ia. . .mencintaiku??
“Sekarang pergilah. . .” ucapnya sambil tersenyum lemah. Ia melepaskan tanganku.
Aku masih menatapnya gamang kemudian berjalan pelan menghampiri Dong Hae, aku menoleh menatapnya sekali lagi. Tapi apa itu. . .?? Ada air mata mengalir dipipinya??
Wookie Oppa cepat-cepat berbalik saat aku menoleh melihatnya. Ia menangis. . .?? Entah kenapa tiba-tiba saja jantungku terasa nyeri. Dan aku tau apa yang harus kulakukan.

“Lee Dong Hae ssi. . .” panggilku pada laki-laki itu.
Donghae mengangkat wajahnya kemudian tersenyum “Aku tau kau pasti datang,“ katanya sambil meraih tanganku. Tapi aku menariknya lagi.
“Aku ingin mendengar alasanmu!!” kataku datar.
“Aku tau, duduklah. . .”
Aku duduk di sebelahnya dengan menjaga jarak. Dan diam menunggunya bicara.
“Gadis itu. . . namanya Park Hyuk Zai (maksa banget ne nama) dan aku memanggilnya Zizi, ia gadis campuran Korea-China, dan ia menderita kanker otak,”
Aku tetap diam menunggunya hingga selesai bercerita.
“Orang tuanya adalah teman dekat dari Appa dan Eomma dan mereka banyak membantu keluarga kami. Aku tidak tau kalau ternyata putri mereka Zizi, menyukaiku. . . Kedua orang tuanya meminta kepada keluargaku agar aku mau bertunangan dengannya dan menemaninya di saat-saat terakhirnya. Keluargaku tidak bisa menolaknya.
Aku mati-matian berusaha menolaknya. Tapi saat melihat wajah gadis itu, aku jadi iba. . . Bagaimanapun juga ia selalu baik kepadaku. Aku ingin menjelaskannya kepadamu. Namun sebelum aku menemuimu, Appa sudah memaksaku berangkat ke Taiwan. karena Zizi ada di sana untuk menjalani terapinya. Akhirnya aku juga melanjutkan sekolahku di sana. Kau tau bagaimana tersiksanya aku tidak bisa mengatakan semua ini kepadamu?
Dua tahun kemudian Zizi meninggal. Dan aku memutuskan untuk kembali ke Korea, tapi sehari sebelum jadwal penerbanganku, Aku mengalami kecelakaan dan lumpuh. . . Butuh waktu setahun untuk menyembuhkan kakiku. Begitu sembuh, aku langsung kembali ke Korea dan mencarimu. . .
Maafkan aku Eunni ya. . . Maaf sudah meninggalkanmu. . . “
Aku terpaku mendengar semua ceritanya. Air mataku mengalir lagi “Seandainya saja kau datang lebih awal. . .” ucapku lirih.
“Kumohon Eunni ya, kembalilah kepadaku. Biar aku yang bicara pada suamimu,”
Aku menggeleng pelan, masalahnya bukan itu. . . “Aniyo Lee Dong Hae ssi, kau sudah terlambat,”
“Asal kau bilang mencintaiku semuanya biar aku yang mengurusnya Eunni, aku akan bilang pada suami dan keluargamu kalau kita saling mencintai,”
Aku menggeleng lagi ”Aku kemari bukan untuk kembali kepadamu Lee Donghae ssi. Tapi untuk. . . Untuk mengucapkan salam perpisahan,”
Donghae tersentak menatapku “Apa maksudmu??”
“Saat kau mengambil semua kehidupanku, ia datang memberiku kehidupan. Memberiku kebahagiaan meskipun ia tau aku tidak bisa memberikan semua itu untuknya. Tapi sekarang kau sudah datang, dan aku akan mengambil lagi kehidupan dan kebahagiaanku yang sudah kau bawa. Aku . . . Aku akan memberikan semua itu kepadanya. Kepada Kim Ryeowook suamiku. Karena dialah kehidupanku saat ini. Sekarang aku sadar bahwa aku mencintainya Lee Dong Hae ssi. Mianhae, kau sudah terlambat,”
Donghae mematung menatapku “Apakah sudah tidak ada lagi kesempatan untukku. . .??”
Aku menggeleng pelan “Mianhae, tapi aku sudah menyerahkan segala-galanya yang kumiliki kepadanya,”
Donghae menunduk, menatap tanah di depannya. Langit terlihat gelap, dan titik-titik hujan mulai turun. “Aku harus pergi Dong Hae ssi, terima kasih sudah mencintaiku, selamat tinggal,” ucapku pelan kemudian beranjak pergi meninggalkannya. Meninggalkan masa laluku dan memulai dengan kehidupan yang telah diberikan Wookie Oppa kepadaku. Hidup yang baru. . .
***

Aku memandang cemas jam diatas meja. Sudah jam sepuluh malam lewat, tapi kenapa Wookie Oppa belum pulang?? Kutelphone ponselnya berkali-kali tapi mati. kutelphone ke kantornya tapi tidak dijawab. Ke mana dia?? Aku duduk dengan gelisah sambil menatap ponselku. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, Wookie Oppa masuk ke dalam dengan sempoyongan.
“Oppaaa!!!” jeritku sambil berlari menghampirinya yang sudah hampir terjatuh. Ia mabuk berat.
Kubantu ia berjalan ke kamar. Kujatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. “Kenapa kau jadi seperti ini?” gumamku sambil membantunya melepaskan jas, dasi dan sepatunya. Kuganti bajunya dengan kaos longgar. Tapi ia sedikit memberontak.
“Diamlah Oppa,” kataku pelan sambil memakaikan kaosnya. Tiba-tiba ia menarik tubuhku hingga jatuh ke atas tubuhnya, kemudian berguling ke samping hingga kini ia yang ada di atasku.
“Saranghae Eunni ya. . .” gumamnya sambil membenamkan wajahnya di leherku “Aku benar-benar mencintaimu. Tapi kebahagiaanmu lebih penting. . .”
“Nado saranghae Oppa. . .” gumamku lirih.
“Aku tidak rela eunni ya, aku tidak rela. . . Aku ingin kau bisa memandangku,” tiba-tiba ia mengangkat wajahnya dan menatapku. Dipegangnya wajahku dengan kedua tanganku “Aku ingin kau mencintaiku,”
Aku menatap matanya yang memerah “Apa aku egois karena menginginkanmu?? Jawab aku eunni!! Jawab aku!!!” kemudian dengan tiba-tiba ia mendekat dan melumat bibirku kuat. Ia menciumku dengan kasar seolah-olah tidak akan melepaskan aku lagi.
======== SKIP AGAIN ======

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Badanku terasa sakit semua. Aku merasakan tangan seseorang sedang memelukku. Aku menoleh ke samping dan melihat wajah wookie oppa yang masih tertidur pulas. Aku tersenyum melihatnya. Kusentuh wajahnya pelan. Alisnya, matanya, hidungnya. . .bibirnya. . . Aku menyukainya. . .
Tiba-tiba saja ia bergerak dan matanya terbuka perlahan. Ia mengerjap-ngerjap pelan. aku masih memandangnya sambil tersenyum.
“Eunni ya??” gumamnya bingung kemudian langsung tersentak menarik diri sejauh mungkin dariku.
“A-apa yang terjadi??” tanyanya bingung sambil melihat dirinya sendiri yang tanpa pakaian. Kemudian ia menatapku meminta penjelasan.
“Semalam kau mabuk berat Oppa,” jawabku sambil duduk dan menarik selimut lebih rapat.
“Aku mabuk?? Dan aku. . . Aku-aku melakukannya kepadamu??” tanyanya shock.
Aku mengangguk pelan.
“Eunni ya, mianhae. . .” ucapnya cemas. “Aku benar-benar tidak sadar saat__ tunggu dulu. . . Kenapa kau masih di sini???”
“Lalu aku harus ke mana?? Kau tidak berencana mengusirku kan Oppa??”
“A-aniyo. . . Bukan itu maksudku. Bukankah kau. . . dengannya??”
Aku tersenyum menatapnya “Aku sudah mengambil semua yang sudah ia bawa Oppa, aku sudah mendapatkan semuanya. Kehidupanku dan kebahagiaanku. . . Aku menemuinya hanya untuk mengambil kembali apa yang ia bawa,”
O.o??? aku menahan diri agar tidak tertawa karna melihat ekspresinya yang bengong itu.
“Maksudmu??”
“Bukankah kau sudah memberiku kehidupan dan kebahagiaan?? Ia sudah mengembalikan kehidupan dan kebahagiaanku, jadi sekarang giliranku yang memberimu kehidupan dan kebahagiaan, “
“Maksudmu kau. . . lebih memilihku. . .??”
“Saat itu kau tidak memberiku waktu untuk menjawab kata-katamu Oppa, jadi aku akan menjawabnya sekarang,” aku menatapnya sesaat “Nado saranghae Kim Ryeowook ssi, kaulah kehidupanku yang sesungguhnya,” ucapku sambil tersenyum.
“Kau. . .mencintaiku??” tanyanya takjub.
“Ne, waeyo?? Kau tidak mau??”
Ia menggeleng cepat seperti anak-anak yang tidak ingin mainannya diambil lagi. “Tentu saja aku sangat bahagia. Gomawo Eunni ya. . .Kalaupun aku harus mencuri sesuatu darimu, maka aku akan mencuri air matamu agar kau tidak bisa menangis lagi. . .” katanya sambil tersenyum. [dicopy dari kata-kata salah satu teman aku, thanks so much. . .]
Aku ikut tersenyum sambil menunduk, kenapa aku jadi malu begini??!
“Kurasa kau sudah siap melakukannya,” kata Wookie Oppa tiba-tiba.
Aku menoleh bingung “Mwo??”
Ia menggeser tubuhnya mendekat kepadaku “Eunni ya. . .” diraihnya tanganku dan dilingkarkan ke lehernya “Bisakah kau mengingatkanku??”
“Mengingatkan apa??” tanyaku bingung.
Ia semakin mendekatkan wajahnya “Apa yang sudah kita lakukan semalam??”
Wajahku langsung terasa panas mendengarnya “Mak-maksud Oppa. . .??”
“Kau harus membuatku ingat kali ini. . .” bisiknya di depan wajahku, menyapukan nafasnya yang beraroma lembut. Jantungku kacau seketika.
Dengan teramat pelan, ia melumat bibirku. Dan aku membalasnya sama pelannya. Rasanya masih sama, hangat dan manis. . . juga lembut. . .

FIN

~epilog~

Donghae masih terus duduk diam di tempatnya. hatinya benar-benar perih. ia menyesali dirinya sendiri. kalau saja ia memberitahu eunni dulu, kalau saja ia menemui gadis itu dulu. . .
Hujan mulai deras. Tapi ia tak bergerak dari duduknya. Ia masih tetap ditempatnya, membiarkan air hujan mengguyurnya. berharap bisa menghapus sakit yang ia rasakan.
“hidup itu memang sebuah pilihan. . .”
Donghae mendongak saat mendengar suara itu dan melihat seorang gadis sedang berdiri di hadapannya sambil memegang payung, membaginya agar ia tidak kehujanan. Ia mengerutkan alisnya menatap gadis itu, kenapa rasanya tidak asing. . .??
“kau sudah lupa kepadaku??” tanya gadis itu sambil tersenyum.
Donghae mengerutkan alisnya “apa aku mengenalmu??”
“sepertinya kau sudah melupakanku tuan lee hae ssi. . .”
Dong hae tersentak menatap gadis itu. Hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu. Teman masa kecilnya yang pindah ke australi dulu. “lee rae ki. . .??”
Gadis itu tersenyum “aku sudah kembali. . .”

FIN BENERAN

Hahahah. . . (ketawa gak jelas), makasi deh yang uda baca ff ancur ini, hahahah. . .(ketawa lagi) ceritanya amat sangat biasa hahahah. . .
Busyet dah, ketawa mulu gw, lama2 jadi gila ntar,,
You: bukannya lu uda gila?!
Me: eh, iya ya??!
You: !!=_=
Me: *nyengir gaje*

last editing 14 maret 2012