Tags

, , , , , ,

teardrop in the rain

Part 7

 

Rumah itu begitu terang benderang. Para tamu dan undangan sudah banyak yang datang. Selain itu juga banyak wartawan dan reporter yang berkeliaran. Para pelayan hilir mudik membawakan nampan minuman. Seperti yang terlihat, akan ada acara besar dalam rumah itu.

Jung Yong Hwa berdiri di kamarnya menatap sebuah lukisan hitam putih yang ada dibalik pintu lemari miliknya.

“Aku tidak akan melupakan janjiku. Saat itu kau melakukan apa yang kau inginkan, dan hari ini aku juga akan melakukan apa yang aku inginkan,” katanya pelan.

Hatinya bersikeras untuk menginginkan hal ini. Tapi tetap saja ia merasakan hatinya ragu. Benarkah ia menginginkan hal ini?!

Terdengar ketukan pada pintu kamarnya, “Tuan muda sudah saatnya anda turun!” panggil seorang pelayan dari luar kamarnya.

.

.

Han Eun Ki, gadis itu berdiri dengan wajah ingin menangis dan menatap garang pada Yong Hwa. Ia benar-benar ingin pergi dan menolak acara pertunangan itu, tapi appa dan eommanya sudah mengancam. Dan laki-laki itu tidak mau diajak kerja sama. Ia tidak habis pikir pada Yong Hwa. Mungkin sekarang diotaknya sedang berisi sederet daftar perkakas alat pembunuhan.

“Kasian sekali gadis itu…” ucap Min Hyuk prihatin sambil meminum minumannya “Aku heran kenapa appa dan eommanya tega melakukan ini. Kudengar dia diancam akan dikirim ke pulau terpencil kalau tidak mau.”

“Aku lebih heran lagi pada Hyung, knapa ia mau menerima pertunangan ini begitu saja. Bukankah ia tidak menyukai gadis itu?” timpal Jong Hyun.

“Ayo berlarilah kepadaku.. Aku akan membawamu pergi…”

Serentak Jong Hyun dan Min Hyuk menatap aneh pada Jung Shin yang masih menatap Eun Ki.

“Apa?” tanyanya dengan wajah polos.

“Kau ini,” Min Hyuk memukul bahu Jung Shin pelan.

“Yaa, sudah waktunya tukar cincin,” kata Jong Hyun.

Yong Hwa meraih paksa tangan Eun Ki yang mengepal. Laki-laki itu berusaha membuka jemari Eun Ki. Ia mendekat dan berbisik “Jangan membuat orang tuamu malu, atau kau akan dikirim ke daerah terpencil!” ancamnya.

Setengah menangis dan dengan amat sangat terpaksa Eun Ki membiarkan Yong Hwa memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Lalu ia memasukkan cincin yang satunya lagi dengan kasar ke jari Yong Hwa, membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan tanpa suara karena jarinya lecet. Bibirnya meringis lebar-lebar dalam hati mengucapkan sumpah serapah pada gadis dihadapannya.

.

.

“Anggap saja rumah sendiri!” kata Ji Kyo sambil mengambil minuman dan makanan ringan dari dalam kulkas.

“Akhirnya kau bisa melakukan hal yang kau inginkan,” kata Soo In sambil duduk di sofa apartemen Ji Kyo.

“Kau benar, walaupun terkadang sulit, tapi inilah hal yang aku inginkan,” saut Ji Kyo sambil duduk disebelah Soo In “Kapan kau mulai bekerja?”

“Besok lusa.”

“Yaa, Soo In ah, bagaimana kalau kau tinggal di sini saja bersamaku? Di sini ada satu kamar kosong, jadi Jang Geun Suk ssi bisa tinggal di rumahmu, dia tidak perlu mencari apartemen lagi. Eotheo??”

“Aku akan bicara dulu dengannya,” senyum Soo In.

“Baiklah… sebaiknya dia mau, kalau tidak aku akan menculikmu untuk tinggal di sini.”

Soo In tertawa kecil sambil mengambil remote dan menyalakan TV. Tiba-tiba saja ia mematung. Ia menatap TV itu termangu. Disana, di TV itu sedang disiarkan berita tentang acara pertunangan Jung  Yong Hwa. Apa ia sudah terlambat sekarang??

“Omo!! hari ini ada drama favoriteku!” seru Ji Kyo tiba-tiba sambil merebut remote dari genggaman Soo In dan menggantinya dengan chanel lain, “Aigo… Dimana drama itu, apa aku sudah terlambat…?”

Soo in terpekur, fikirannya jadi kacau. Ia memeluk kedua lututnya erat. Untuk sejenak, yang terdengar hanya suara dari televisi. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

“Soo In ah… Aku tau alasan mengapa kau harus pindah keluar negri, tapi apa Yong Hwa ssi tau juga?”

Gadis itu terdiam sejenak, kemudian ia menggeleng pelan.

“Lalu mengapa saat itu kau melepaskannya dan tidak memberitahunya?”

“Aku… Tidak ingin memberi harapan dan janji yang mungkin tidak bisa kutepati. Bagaimana jika aku tidak pernah kembali? Aku tidak mau membuatnya menunggu untuk hal yang belum pasti Ji Kyo ya. Aku tidak ingin membebaninya… Dia sudah cukup sulit dengan kehidupannya.”

“Araseo…”

“Walaupun sedih, tapi aku senang bisa melihatnya bahagia…” dipaksakanya untuk tersenyum agar temannya itu tidak khawatir.

“Tapi sepertinya wajah Yong Hwa tidak terlihat bahagia…” gumam Ji Kyo “Yaa, besok aku ada pemotretan di kampus kita dulu, kau harus ikut. Bukankah besok kau masih libur?!”

“Mmm, araseo.”

“Aigo… Kau memang bisa diandalkan!” seru Ji Kyo senang.

***

“Jadi kau akan tinggal di tempat Ji Kyo ssi?” tanya Sukkie disebrang sana.

“Ne,” jwab soo in sambil mengangguk meskipun tau bahwa Sukkie tidak bisa melihatnya “Oppa tinggal saja di rumah, jadi tidak perlu mencari apartemen lagi.”

“Ne, araseo,” jawab Sukkie. Hal ini cukup bagus karena Soo In tidak akan mengingat kesedihan tentang orang tuanya terus.

“Kau ada dimana sekarang?”

“Aku sedang menemani Ji Kyo pemotretan di kampusku yang dulu.”

“Baiklah kalau begitu, aku masih ada pekerjaan. Aku akan menghubungimu lagi nanti, anyeong!”

“Ne, anyeong.”

Soo In menutup flap ponselnya sambil menghela nafas. tiba-tiba tetesan hujan mulai berjatuhan dan semakin deras. Cepat-cepat Soo In berlari mencari tempat berteduh. Terkejut, itulah yang dirasakannya saat mengetahui dimana langkahnya berhenti. Gedung musik itu… Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti yang dulu. Dipandanginya hujan itu, ditengadahkan tangannya menyentuh tetesan air itu. Hujan pertama ditahun ini…

“Kalau aku memohon, apa kau akan mengabulkan permohonanku?” bisik Soo In lirih, kemudian ia memejamkan mata dan memohon…

.

.

Yong Hwa mengumpat pelan saat tau ban mobilnya kempes. Ia menatap sekeliling dan pandangannya terpaku pada universitasnya dulu. Tanpa sadar langkahnya bergerak menuruti pandangan matanya. Semuanya masih sama, tidak ada yang berubah.

Ia berhenti sejenak, menatap sebuah pohon. Di pohon itu… Ia ingat gadis itu pernah tidur di sana. Tiba-tiba tetesan air hujan mulai turun dan semakin deras. Reflek, kaki Yong Hwa langsung berlari mencari tempat berteduh dan sedikit terkejut karena ternyata ia berlari ke arah gedung musik itu. Ada seseorang disana tapi Yong Hwa tidak peduli. Ia memandang hujan dengan kesal sambil mengelap wajahnya yang basah.

“Kumohon… Kabulkanlah…”

Laki-laki itu tertegun.

Suara itu terdengar pelan, namun Yong Hwa bisa mendengarnya dengan jelas. Ia memutar tubuhnya dengan cepat berbalik dan saat itulah Yong Hwa melihatnya…

Gadis itu berdiri membelakanginya, menatap hujan. Rambutnya bertambah panjang, ia mengenakan kemeja putih lengan pendek dan rok selutut berwarna coklat muda tipis. Ada yang berubah. Kini ada sepasang higheels yang terpasang di kakinya. Hal yang tidak pernah dilihat Yong Hwa sebelumnya. Ditatapnya gadis itu intens dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa gadis itu nyata bukan halusinasinya.

Bunyi ponsel itu memecah keheningan. gadis itu membuka tas tangannya dan mengambil ponselnya.

“Yeoboseo? …Oh aku sedang jalan-jalan sebentar, kau sudah selesai? …Araseo, telepon aku kalau kau sudah selesai!” ia menutup flap ponselnya dan memasukkan kembali benda itu ke dalam tas. Kemudian tiba-tiba saja gadis itu berbalik dan mata mereka bertemu, saat itulah dia melihatnya…

.

.

Beku, itulah yang dirasakan Soo In. Tubuhnya terasa membeku saat melihat siapa yang berdiri di depannya. Jung Yong Hwa… Benarkah ia nyata, atau hanya halusinasinya saja?! Perlahan kakinya tergerak melangkah untuk menghampiri laki-laki itu. Ia berjinjit pelan melingkarkan lengannya ke leher laki-laki itu, memeluknya. Wangi yang sama, kehangatan yang sama, tapi… Ia lebih tinggi sekarang.

“Benarkah ini kau?” bisik Soo In pelan saat tubuh yang dipeluknya tak bereaksi apapun.

SET

Yong Hwa melepaskan pelukannya dengan kasar. Membuat Soo In terkejut.

“Maaf aku tidak mengenalmu,” ucapnya dingin.

Sinar mata yang dingin itu… Sama seperti saat Soo In pertama kali bertemu dengannya. Bahkan jauh lebih dingin. Butuh beberapa detik bagi Soo In untuk menguasai diri dan hatinya. Kemudian ia tersenyum dan tertawa kecil “Geure. Mana mungkin kau mengingatku,” ditatapnya Yong Hwa, ada sedikit keterkejutan dimata laki-laki itu. “Kalau begitu kita mulai dari awal lagi, bagaimana?” tawar soo In berusaha untuk terdengar riang “Anyeong haseo, Kim Soo In imnida. dan kau pasti Jung Yong Hwa, penyanyi terkenal itu,” Soo In mengulurkan tangannya.

Sejenak Yong Hwa hanya diam, kemudian ditepisnya tangan Soo In dengan kasar “Kau salah orang,” jawabnya dingin.

Soo In tersenyum “Aku tidak mungkin salah, karena aku tidak mudah melupakan apa yang sudah terekam di memorie otakku.”

“Dan aku sangat mudah melupakan hal-hal yang kuanggap tidak penting dari memorie otakku. Karena itu aku tidak mengingatmu,” saut Yong Hwa.

“Jeongmal?” tanya Soo In, ia meraih tangan laki-laki itu dan menyingkap sedikit lengan jasnya. Gelang hitam itu masih terpasang di sana.

“Benarkah kau sudah lupa?” tanya Soo In lagi.

Yong Hwa menepis pegangan tangan Soo In “Itu bukan urusanmu,” katanya dingin kemudian langsung berlari pergi menembus hujan.

“Yong Hwa ssi!!” Soo In ikut mengejarnya namun tidak mampu.

Ia hanya dapat mengambil beberapa langkah dan terdiam di sana. Kakinya terasa lemas hingga gadis itu jatuh terduduk, masih menatap Yong Hwa yang smakin jauh. Dinginnya air hujan yang mengguyurnya, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dinginnya sikap Yong Hwa.

Air matanya menetes tapi hujan langsung menghapusnya. Namun perih itu… Takkan pernah bisa terhapus. “Yong Hwa ssi… Bogoshipo…” ucapnya lirih. “Jung Hoon Oppa, aku terlambat. Ia benar-benar telah membenciku. Eothokeh…?”

bisakah kita melihat bahwa dibalik senyum dan tawa itu sebenarnya ada jerit dan tangisan air mata? Tidak akan ada yang bisa melihatnya kecuali dia yang melihat dengan memakai hatinya. tak ada yang bisa dilakukan soo in, bahkan ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Teardrops in the rain…

I wish upon a star

I wonder where you are

I wish you’re coming back to me again

And everything’s the same like it used to be…

***

“Yaa Hyung, kenapa kau terlambat?” tanya Min Hyuk begitu Yong Hwa tiba. Yong Hwa tidak menjawab, ia langsung duduk disamping Jong Hyun dan menyambar sebotol soju di atas meja. Dihabiskannya isi botol itu dengan sekali teguk membuat semua temannya menatap heran.

“Hyung, gwenchanae?” tanya Jong Hyun cemas.

“Kenapa kau basah kuyup?” tanya Jung Shin.

“Kenapa dia kembali??” tanya Yong Hwa pelan sambil menatap lurus ke depan.

Jung Shin dan Min Hyuk saling bertukar pandang tidak mengerti.

“Sekarang aku harus bagaimana?” tanya Yong Hwa lagi. “KATAKAN AKU HARUS BAGAIMANA???” teriak Yong Hwa tiba-tiba membuat semua yang ada disitu terkejut.

***

“Kau tidak ada pekerjaan hari ini?” tanya Soo In.

“Eopso, jadwalku mulai padat bulan depan,” jawab Ji Kyo sambil bermalas-malasan di sofa depan TV.

“Baiklah, aku berangkat dulu,”

“Mm, hati-hati!”

Hari ini Soo In mulai bekerja. Ia mendapat tugas dari atasannya untuk bekerja sama dengan salah satu management musik. Tugasnya adalah mendesain ruang atau tempat yang sesuai untuk konsep musik vidio yang akan dibuat. Jadi ia akan banyak bekerja sama dengan sutradaranya.

“Anyeong haseo, Kim Soo In imnida. Aku ada janji bertemu dengan Shin Sutradara,” ucapnya pada seorang wanita setengah baya yang masih cantik.

“Ah ye, tunggu sebentar!”

“Algasumnida” Soo In membungkuk pelan sebelum wanita itu pergi.

Ia berjalan ke arah jendela besar di koridor itu, melihat pemandangan dibawahnya. Berbagai orang berlalu lalang dengan pakaian mereka yang tampak berwarna-warni. Tiba-tiba didengarnya suara ribut dibelakangnya. Ia menoleh dan tertegun. Di antara keempat laki-laki itu, Jung Yong Hwa berdiri di sana.

.

.

To be continue…

 

Revisi 20 Nov 13 ; 02.33