Tags

, ,

Aku memulai semuanya dari awal, sendiri! Karna sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai suamiku. Tidak akan!! Aku tidak mengenalnya meskipun sudah hampir sebulan aku tinggal bersamanya. Aku berusaha hidup sendiri karna tidak akan pernah ada yg memberiku kekuatan disaat aku rapuh. Tidak ada yg membantuku disaat aku terjatuh karna aku sebatang kara. Meskipun setiap bulan orang tua laki2 itu memberiku uang karna laki2 itu belum bekerja dan masih kuliah, tapi aku tidak pernah memakainya sekalipun, karna jika aku memakainya, aku tidak ada bedanya dgn wanita murahan yg menikah demi uang. Jadi kuberikan kartu kredit itu pada laki2 itu dan hidup dari keringatku sendiri.
Hari ini aku pulang terlambat karna pengunjung restaurant lumayan ramai. Jam setengah sepuluh aku baru sampai apartement. Begitu kubuka apartement aku mendengar suara desahan2 seorang gadis dan mataku melihatnya ada disofa itu. Memangku seorang yeoja yg sudah setengah telanjang.
Si yeoja menatapku kemudian berbisik pelan “istrimu. . .”
Dia menoleh padaku sambil tersenyum setan kemudian mulai meneruskan kegiatannya yg terhenti, membuat yeoja itu mendesah lagi.
Aku menatap jijik kearah mereka. Rasanya aku ingin muntah. Hal seperti itu sudah biasa kulihat dan aku tidak perduli. Aku melangkah menuju dapur dan membuat semangkuk ramyun, menyalakan televisi agar tidak mendengar suara mereka.
Begitu aku selesai makan mereka sudah tidak ada, sepertinya ia tidak pulang malam ini, aku tidak perduli! Aku masuk kedalam kamarku dan segera tidur.
***

Hari ini aku libur, jadi aku bisa bangun agak siang. Aku keluar dari kamar, tidak ada tanda2 kehidupan. Aku berjalan menuju dapur, membuat segelas teh hangat. Kemudian aku duduk disebuah kursi didekat jendela. Kusesap tehku sambil memandang keluar lewat jendela. Rasa sesak itu kembali menyerang membuat air mataku bergulir. Aku lelah. . . Aku ingin berhenti, benar2 ingin berhenti, bolehkah tuhan??
Bukankah hidupku sudah tidak ada artinya lagi? Jadi untuk apa aku hidup? Aku tak tau. . . Tapi sepertinya ada sesuatu yg membuatku untuk terus bertahan. Apakah dia akan kembali? Apakah jaejong akan kembali? Dan apakah saat ini aku sedang menunggunya?? Aku merindukannya, benar2 merindukannya “oppa, bogoshipoyo. . .” bisikku lirih sambil memandang jauh kedepan. Mungkin alasanku untuk tetap bertahan adalah menunggu sebuah jawaban. Jawaban dari satu pertanyaanku untuknya ‘kenapa?’
Aku mendengar seseorang membuka pintu kulkas. Tanpa aku menoleh, aku sudah tau siapa orang itu. Cepat2 kuhapus air mataku dan kembali menyesap tehku.
“kau sudah makan? aku mau membuat bbimbab, kau mau?” tanyanya tiba2.
“jangan perdulikan aku!” jawabku dingin.
“kau benar2 menyedihkan,” komentarnya “terus meratapi nasib, tidak adakah hal yg bisa kau gunakan untuk bersenang2?!”
Aku menoleh menatapnya tajam tapi percuma, ia sedang mengaduk2 bimbbabnya.
“aku bukan manusia menjijikkan sepertimu!” sautku ketus.
Dia mendengus “seperti itukah aku dimatamu? Lalu kenapa kau mau menikah dgnku?”
“hanya gadis yg tidak punya otak yg mau menikah dgnmu!!”
Ia menoleh dan menatapku dgn alis terangkat.
“jangan menatapku seperti itu karna aku sudah mati! Otakku tidak berfungsi sejak bulan lalu!”
Ia tertawa kecil “kupikir kau menikah dgnku karna aku kaya, tapi nyatanya kau tidak mau menggunakan uangku se-sen-pun, itu membuatku bingung! Apa kau dipaksa orang tuamu??”
Lagi. Air mataku jatuh begitu aku teringat orang tuaku. Kenapa mereka tega meninggalkanku??
“orang tuaku sudah meninggal!!” jawabku dgn suara bergetar. Kulihat ia memandangku sejenak dgn tatapan yg tidak kumengerti.
“lalu kekasihmu? Kenapa dia membiarkanmu menikah dgnku?”
Rasa sakit itu menyerang dadaku lagi. Perih. Tapi aku harus kuat, setidaknya didepan laki2 ini.
Aku memalingkah wajahku menatap keluar jendela. “dia sudah pergi! Semua orang yg kucintai sudah pergi! Kau puas sekarang?? Jangan menggangguku lagi! Dan jangan kasihan kepadaku karna aku tidak butuh itu! Kasihanilah dirimu sendiri yg begitu kotor dan menjijikkan!!”
Tiba2 ia meletakkan sepanci bimbbab dihadapanku “ayo makan! Aku sudah membuat banyak!!”
Aku menatapnya “apa kau kira aku sudi makan semeja dgmu? Kau ingin membuatku muntah??”
“tinggal pilih! Makan atau kupaksa makan?!”
Aku meletakkan gelasku dgn kasar dan beranjak dari dudukku “aku bukan wanita lemah yg bisa kau paksa2!” kataku dingin dan melangkah menuju kamarku.
Aku tidak bisa berfikir apa yg terjadi karna semuanya terjadi begitu cepat dan tiba2. Ia menarik tanganku kedalam pelukannya dan. . .melumat bibirku??
Terlalu shock hingga rasanya nyawaku sudah tercabut.
“dan aku laki2 yg tidak suka penolakan!” bisiknya pelan.
Seketika aku sadar dan kudorong tubuhnya menjauh,
PLAAAK
kutampar wajahnya dgn kekuatannya kupunya “tidak tau malu!” desisku dgn amarah yg memuncak kemudian masuk kedalam kamar dan menguncinya.
Air mataku jatuh seketika. “brengsek!” makiku sambil mengusap bibirku berkali2. Dia benar2 bajingan!
***

Hari ini aku benar2 lelah. Begitu sampai diapartement aku ingin cepat2 tidur. Baru kupejamkan mataku semenit. . .
Praaang. . .
Kudengar sesuatu pecah. Tapi aku tidak perduli. Bukan urusanku!!
“AAAAARGH. . .”
Kali ini aku terbangun kaget saat mendengar teriakan itu. Tanpa berfikir aku beranjak turun dan keluar kamar.
Aku berjalan menuju dapur dan melihat pecahan gelas dilantai. Tidak jauh dari situ aku melihatnya duduk disudut ruangan, menutup wajah dgn salah satu tangan dan berusaha menjauhkan tangan satunya.
“ada apa?” tanyaku.