Tags

,

Author : Park Hani
Tittle : Evil or Angel
Cast : Dennis Park a.k.a Leeteuk Super Junior
Ardean Vey

NB : kali ini seri devil bikinan tante vhy,, dan murni milik tante vhy!!
happy reading ^^

Sudah hampir seminggu aku hidup bersama gadis itu, tapi aku belum berhasil membuatnya menangis. Beberapa hari ini aku berusaha mengumpulkan informasi tentangnya termasuk mencari tau kemungkinan yang bisa membuatnya menangis. Seharusnya aku tidak melakukan ini karena aku memiliki kekuatan yang bisa mengetahui apa saja tentang orang yang aku inginkan. Tapi daripada tidak ada kerjaan, jadilah aku mencari tau semua tentangnya. Dari hasil investigasiku(?), kuketahui kalau Vey baru berumur 24 tahun, dia bekerja sebagai salah satu laboran di pusat penelitian yang cukup terkenal di kota ini. Tak kusangka gadis serigala berhati es ini cukup pintar. Setiap harinya dia berangkat ke kantor pukul 8 pagi dan pulang ketika hari hampir malam dan setelah tiba di rumah kadang kala aku melihatnya membaca buku-buku tebal yang tidak kumengerti isinya. Dia hidup sebatang kara. Ayahnya melarikan diri dengan seorang wanita dan meninggalkannya serta ibunya saat dia masih duduk di sekolah dasar. Ibunya meninggal sebulan kemudian. Rumah yang ditempatinya saat ini adalah peninggalan orang tuanya. Sejak kematian ibunya, Vey tidak pernah lagi menangis. Catat, TIDAK PERNAH!!! Kalau seperti ini bagaimana aku bisa menyelesaikan tugasku dengan cepat. Damn it!!!

Hari ini adalah akhir pekan dan pastinya Vey tidak kerja. Saat bangun, aku tidak menemukannya dimanapun. Kemudian aku menuju dapur, namun seketika terpaku saat melihat sosoknya tengah duduk di ayunan yang ada di taman depan rumah sambil membaca buku-buku tebal itu lagi. Perlahan aku menghampiri jendela yang berhadapan langsung dengan taman. Kaca mata minusnya tampak bertengger(?) dengan indah di hidungnya yang bangir. Selain hidungnya, daya tarik lain yang bisa aku lihat adalah alisnya yang tebal dan tersusun rapi seperti barisan semut. Rambutnya yang tebal dan berwarna kecoklatan tampak sangat indah saat diuraikan seperti itu. Ternyata kalau diperhatikan, gadis itu eerrr… sangat cantik kurasa. Cahaya matahari yang terpancar dari sela-sela pohon yang menerpa wajahnya membuatnya tampak semakin mengagumkan. Aku masih menatapnya saat dengan perlahan tangannya meraih cangkir minuman yang aku yakini adalah coklat panas kesukaannya.
Ada apa ini??? Kenapa aku merasa seperti ada yang aneh dalam diriku?? Ada hawa panas yang kurasa berasal dari tubuhku sendiri. Apa aku menyukainya sehingga tubuhku bereaksi seperti ini?? Oh tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku menggelengkan kepalaku untuk mengusir perasaan aneh yang barusan aku rasakan. Aaaahhhh… Ingat tugasmu Dennis.
Aku berbalik meninggalkan jendela tempatku berdiri dan menuju dapur sebelum otakku semakin rusak karena terus memperhatikannya. Saat tiba di dapur, aku melihat segelas jus strowbery di atas meja makan. Apa Vey yang membuatkannya untukku?? Yeah, meskipun dia tidak ramah tapi paling tidak dia mau mengizinkanku tinggal di rumahnya dan memberiku makan. Saat sedang meneguk jus strowberyku, tiba-tiba aku berfikir untuk membantunya. Meskipun aku seorang iblis, tapi sebagai iblis yang gantle aku tidak ingin terus bergantung kepadanya, apalagi dia seorang gadis. Yah, aku harus bekerja sambil menunggu waktu sampai tugasku selesai.
Saat aku kembali ke ruang tengah, aku melihatnya masih duduk di ayunan itu. Aku pun memutuskan untuk menyapanya. Selama tinggal dengannya kami sangat jarang berbicara, jadi tidak ada salahnya jika aku menyapanya duluan. Kurasa ini tidak akan merusak imejku sebagai iblis paling tampan dan dikagumi. Hahaha…
“Morning Vey!!”
“Mmm… Morning!!”
Dia hanya bergumam dan membalas tanpa menoleh sedikitpun dari buku yang sedang di bacanya.
“Thanks yah,, kau sudah membuatkan jus strowbery untukku”
“Mmm….”
“Hei!! Tidak bisakah kau menatap orang yang menjadi lawan bicaramu?? Aku ini lebih tua darimu, seharusnya kau hormat padaku!”
Aku mulai kesal dengan sifat dinginnya. Kalau begini terus, kapan aku bisa kembali ke duniaku…. Huaaaaa…. Mommyyyyyyyyy….. Tolonglah anakmu yang tampan ini….
Dan lihatlah, dia masih tidak menggubrisku. Ya Tuhaaan!!! *iblis ingat Tuhan jg yah???*plakk!!!*
“Vey!!!” Aku menggoyang-goyangkan lengannya untuk menarik perhatiannya.
Hening…
“Veeeeyyyyy!!!!!” Kali ini aku sengaja berteriak di telinganya.
Bukk!! Buku yang sangat tebal itu mendarat dengan sukses di kapalaku.
“Aku tidak tuli Mr. Park!!! Jadi jangan pernah teriak lagi di telingaku!!”
Selain marah-marah dan bersikap dingin, apa tidak ada ekspresi lain yang bisa dia lakukan. Haaaahhhh…..
“Suruh siapa kau tidak memperdulikanku dari tadi??” Ujarku kesal sambil mengelus-elus kepalaku yang tadi dipukulnya dengan buku.
“Heeeiiii… Apa kau lupa dengan kesepakatan kita hemm??? Jangan pernah mencampuri urusanku dan jangan menggangguku atau kau harus angkat kaki dari rumah ini!!!”
“Oke… Oke..!!! Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kau puas!!!” Bentakku sambil beranjak masuk ke dalam rumah.
Apa-apaan dia, selalu saja marah-marah dan membentakku. Padahal aku tadi sudah berniat baik dengan menyapanya lebih dulu. Ck, sebenarnya yang iblis itu aku atau dia sih?? Aaahhh… Dia buka iblis tapi serigala betina. Hiiiiii….!!! Aku hanya bergidik karenanya.
>>>>

~Vey POV~

“Oke… Oke..!!! Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kau puas!!!”
Setelah berkata seperti itu dia langsung meninggalkanku dengan wajah cemberut. Apa aku terlalu kejam padanya?? Sebenarnya dia pria yang baik. Selama bersamaku dia tidak pernah berulah dan selalu berusaha ramah padaku meskipun aku terus mengabaikannya. Tapi entah kenapa aku tidak ingin dia terlalu dekat denganku sehingga aku selalu bersikap dingin dan angkuh padanya. Aku takut jika nanti aku bergantung padanya. Apalagi dia bilang bahwa keberadaannya di sini hanya untuk sementara. Aku tidak ingin kembali merasakan sakit karena kehilangan. Aku tau ini pengecut, tapi aku benar-benar tidak ingin kehilangan lagi. Aaaahhh… Maafkan aku Dennis…

Matahari sudah semakin terik. Aku memutuskan untuk masuk ke rumah setelah meneguk habis coklatku yang sudah hampir dingin. Aku tidak menemukannya di setiap ruangan. Samar-samar terdengar suara percikan air dari kamar mandi, sepertinya dia sedang mandi. Baiklah, sambil menunggunya selesai mandi aku menyiapkan sarapan untuk kami. Ternyata tidak ada persediaan makanan lagi di dalam kulkas. Aku terpaksa hanya membuat ramen pemberian Yoon Hye, teman kantorku yang berasal dari Korea. Aku menyukai makanan ini sejak pertama kali menyicipinya di apartemen Yoon. Aku harap pria itu mau memakannya. Yeah, walaupun aku selalu bersikap buruk padanya, tapi aku tidak ingin dia mati kelaparan di rumahku.
Tepat setelah ramen siap di atas meja, kulihat dia keluar dari kamar yang ditempatinya. Dia menggunakan jeans berwarna biru gelap dipadukan dengan kaos lengan pendek berwarna hitam yang membalut tubuh kekarnya. Rambutnya yang basah membuatnya tampak eerrr…. mempesona. Dia tampak terkejut melihatku sedang menatapnya. Buru-buru kupalingkan wajahku kemudian mengambil sebotol air di dalam kulkas.
“Makanlah selagi masih panas” ujarku sambil menuangkan air ke dalam gelasnya.
“Makanan apa ini, sepertinya aku baru melihatmu memasaknya??”
“Oh, itu namanya ramen. Ramen adalah makan yang berasal dari Asia, temanku dari Korea yang memberikannya untukku. Apa kau benar-benar tidak tau makanan ini?? Melihat wajahmu yang oriental, aku pikir kau orang Asia.”
“Kau punya teman juga???” Tanyanya polos tanpa menjawab pertanyaanku. Shit!!!
“Hei!! Kau pikir aku tidak bisa berinteraksi dengan orang lain??” Dia mulai membuatku kesal lagi.
“Bhukhan ithu mhakshudkhu.” Ujarnya dengan mulut penuh makanan. “Selama ini kau selalu bersikap dingin dan terkadangan sangat pemarah padaku, jadi aku heran saja kalau kau bisa punya teman” Lanjutnya setelah menelan makanannya.
“Hemm… Kuakui kalau yang kau katakan itu benar. Tapi itu bukan berarti aku tidak memiliki teman. Hanya pada orang-orang sepertimu aku bersikap dingin”
“Sepertiku?? Memangnya aku kenapa??”
“No problem..!!” Ujarku berbohong. “Mmmm…. I’m sorry!!!”
Kulihat dia nampak terkejut dengan ucapanku barusan. Apa itu kedengaran aneh.?? Ck, dia sangat berlebihan.
“Maaf untuk apa?? Kau tidak punya salah apa-apa.”
“Maaf karena tidak pernah bersikap baik padamu dan selalu marah-marah padamu. Maaf karena telah memukulmu tadi” aku benar-benar tulus mengucapkan ini.

tbc