Tags

, ,

cast : Yoonjae Couple



“APA?? KAU AKAN KONSER DI INDONESIA??” pekik Ki Jou Ko.
“Yang banyak batik-batiknya itu kan??” tanya Bibi Kajol semangat.
“Yang ada pantai sanurnya kan??” saut YONG JAE OPPA.
“Yang pernah dipakai syuting drama Memories In Bali??” Minam Eonni melebarkan matanya.
“Yang ada tarzannya??” tanya Tae Kyung Oppa. (gawat, ini orang kena virusnya sinetron Mandra)
“Yang dipakai syuting WGM itu ya??”
“Yang terkenal nasi gorengnya kan?”
“Orang-orangnya punya lipitan mata kan??”
“Yang ada kembaranmu kan?”
“Hah?? Kembaran??” Hyuki menatap bingung.
“Monyet maksudku,” cengir Avril.
“Sialan!!” gerutu Hyuki “Kalian semua benar!! Super Junior akan mengadakan SS4 di Indonesia!!”
“IKUUUUUUUTTT…….” Seru mereka kompak.
“ANDWAEEE!!!” tolak Hyuki langsung.
“Ayolaaah… Aku ingin beli batik untuk di buat sari,” rengek Bibi Kajol.
“Aku ingin melihat tarzan…” gumam Tae Kyung Oppa.
“Aku ingin mencari istri…” Ki Jou Ko memelas.
Hyuki nabok jidat.
Aku hanya menggeleng-geleng pelan melihat seluruh keluarga yang berkumpul di ruang tengah itu. mereka tengah memaksa Hyuki untuk ikut pergi ke Indonesia. Aigooo…
“Umma…”
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Jaeyoon sedang mengucek-ucek matanya. Berjalan terseok-seok menghampiriku.
“Kau sudah bangun sayang?!” kuhampiri ia lalu ku gendong. Kukecup pipinya.
“Kenapa ramai sekali?” tanyanya.
“Appamu sedang rapat,” jawabku sekenanya.
Ah, aku belum cerita. Usia Jaeyoon saat ini sudah tiga tahun. Waktu berlalu sangat cepat bukan?? Dan ajaib sekali kalau aku masih tinggal bersama keluarga ini. Semuanya tidak ada yang berubah. Kehangatan keluarga ini masih sama seperti yang dulu. Hanya saja aku sekarang sedikit khawatir karena Jaeyoon, putraku satu-satunya itu terkadang bertingkah sarap seperti mereka.
“Hmm… Kau bau!! Ayo kita mandi, ne?”
Bocah itu mengangguk sambil memeluk leherku. Kubawa ia ke kamar mandi kamarku.

“Jadi bagaimana?” tanyaku sambil naik ke ranjang.
Hyuki yang sedang tengkurap di ranjang hanya menghela nafas pelan “Mereka ingin ikut, aku bisa apa??”
Aku tertawa “Tentu saja, satu lawan sebanyak itu mana mungkin menang?! Paboya!!”
“Yoon… Kau ikut juga kan?” tanyanya.
“Aku? tentu saja tidak!!” sautku sambil menarik selimut.
“YAA! Andwae!! Khusus untukmu aku mengharuskan kau ikut!!” tegasnya.
Aku mengerutkan keningku lalu menatapnya “Aku bosan melihatmu terus, jadi kau saja yang pergi,” kataku acuh.
Tiba-tiba tangannya menarikku hingga aku jatuh tertidur. Dipeluknya aku dengan posesif “Kau-harus ikut apapun yang terjadi!!” bisiknya tajam.
“Aiish… memangnya kenapa kalau aku tidak ikut?? Aku bisa bersama Jaeyoon di sini!!”
“Lalu bersenang-senang bersama Tomo chan?” tanyanya sambil menatap tajam.
“Hisa kun??”
“Dia juga tidak ikut!”
“Huwaaaaa…. Jinjjayoo??”
“YAA KENAPA KAU SENANG SEPERTI ITU HUH??” bentaknya kesal.
Aku menutup telingaku “Aiish… Kau berteriak di telingaku Tuan Lee!! Araseo! Besok aku ikut!!” dengusku.
Dia tersenyum lebar sambil memelukku erat “Saranghae…” bisiknya lalu mengecupi pipiku.
“Yaiiiks… hentikan Hyu!!” keluhku untuk menutupi jantungku yang berdetak kacau. Debaran ini tidak pernah hilang saat bersamanya.
***

“Mooom… Sisir listrikku di mana??” teriak Avril.
“Yaa Burung! Jangan lupa membawa sikat gigi!!” suara Yong Jae Oppa terdengar nyaring.
“Babi Kelinci, jangan lupa membawa spidol!!” perintah Tae Kyung Oppa.
“Untuk apa?” tanya Minam Eonni bingung.
“Siapa tau ada yang meminta tanda tanganku di sana!!”
*vea sweatdrop*
“Aku membawa manisan untuk bekal di pesawat!!” seru Bibi Kajol ceria.
“ANDWAEEE!!!” jerit semuanya kompak. Bibi Kajol memberengut.
“Kakek Hyun Shin, kau tidak perlu membawa pedang! Di sana ada pedang model bulan sabit, namanya clurit!”
“Jeremy, singkirkan tulang-tulang itu! Jollie tidak perlu makan selama di pesawat!!”
“Guk!!” maki Jollie.
“Ki Jou Ko, apa yang kau lakukan?? Di mana kopermu??”
“Sudah beres!! Jangan ganggu aku, aku sedang menulis kriteria istri idamanku!!” sewot Ki Jou Ko sambil meneruskan menulis di note booknya “Tinggi, langsing, rambut pirang, mata biru…” (tipenya tinggi amat, sadar diri dong om, ckckck…)
“Ohayooo!!!” suara ceria itu terdengar merdu “Kami sudah siap!!”
Aku mengerutkan kening menatap Yui dan Hisa kun yang menyeret kopernya. Bukankah Hyuki bilang dia tidak ikut?!”
“YAA kau bilang kau tidak ikut??” tanya Hyuki langsung.
Yui tersenyum riang “Aku memaksanya,”
“Aiiish…” ia berbalik menatapku “Yoon, kalau kau tidak mau ikut tidak apa-apa,” katanya kalem.
Aku tersenyum iblis dengan aura membunuh “Begitu ya??”
Kulihat ia menelan ludah “A-aniyo… Aku hanya bercanda… Tentu saja kau harus ikut,”
“Semuanya jangan lupa minum antimo (?) sebelum berangkat!!!” teriak Bibi Jang Geum.
“Ayo semuanya, kita berangkat!!!” teriak Appa.
“Yoon, barang-barangku sudah siap?”
Aku hanya tersenyum pada suamiku yang sedang memakai hoodienya itu. “Tidakkah kau pikir hanya aku yang waras di rumah ini eoh?”
Hyuki nyengir kuda “Kau yang terbaik,” bisiknya sambil mengecup bibirku kilat “Jja kita berangkat!!”

“SEMUANYAAA AYO BERKUMPUL DI SINI!!!” teriak Ibu dengan toa minjem dari Hyuki.
Bandara itu tidak terlalu ramai hari ini. tapi kemungkinan tersesat tetap saja masih ada.
“KAKEEEK SHIN??”
“HADIIIR!!”
“NENEK DEOOOK??”
“HADIIIR!!”
“JUS MANGGAAA??? Eh, salah. JUSTIIIIN???”
“………”
“JUSTIIIIIIIIIN?? JUBIIIIEEERR?? JUPEEEE??
#PLAK
“Eh? Di mana Justin??” tanya ibu bingung.
Aku menghela nafas saat melihat semuanya celingukan mencari Justin. Sudah kuduga. Pasti bocah itu_
“Justiin ketinggalaaaan huweeee….” Tangis Bibi Kajol.
“Aigooo… Kenapa bisa lupa??” saut Nenek Deok.
“Hisa kun, tolong kau kembali ke rumah dan ambil bocah itu, ne?” suruh paman Min Hoo.
Sementara itu dilain tempat…
“MOOOMMM…. DAAAADDD…. I’ AM ALOOONEEE….”
#PLAK
(maap-maap, nggak akan berubah jadi Home Alone kok ceritanya, kekekekke…)
Setengah jam kemudian akhirnya semua keluarga berkumpul dan masuk ke dalam pesawat.
“Hyuuung!! Apa kabaaar???” Ryeowook melambai-lambaikan tangannya ceria.
“Eh? Kalian berangkat hari ini?” tanya Hyuki.
“Tentu saja!!” saut Donghae semangat.
Aku menghela nafasku. Sepertinya perjalanan ini tidak akan penuh ketenangan… Kuperhatikan deretan kursi pesawat itu daaan…
“Cho Kyuhyun??”
“Oh, hai,” sapa laki-laki itu.
Ige mwoya?? Aku duduk bersama Cho Kyuhyun?? Ini keberuntungan atau malah kesialan??
“Yaa eomma, kenapa Yoon di beri tempat duduk di sana??” protes Hyuki.
“Sudah kau diam saja!! Memangnya aku yang punya pesawat bisa mengatur tempat duduk orang hah?!”
“Kyu, aku tukar kursi denganmu!!”
Kyuhyun melirik kursi Hyuki yang diapit oleh kursi Kakek Hyun Shin dan Hisa kun “Shiero!!” jawab kyuhyun langsung.
“YAA kau berani membantahku huh??” bentak Hyuki.
“Aku tidak mau, kau mau apa??”
Aku terkikik. Ah, si evil ini memang hebat!!
“Hyuk ah, sudahlah. Duduklah di tempatmu!!”
“Shierooo!!! Aku mau di sebelah Yoon!! Tomo chan, kau pindah ke sini!!”
Sreek…
Hisa kun membuka koran lebar-lebar lalu membacanya tanpa mengacuhkan Hyuki. Sementara Kakek Hyun Shin sudah terbang ke alam mimpi.
“Maaf tuan, pesawat akan segera berangkat. Silahkan duduk di tempat masing-masing!!” kata salah satu pramugari.
“ANDWAEEE!!! ANDWAE ANDWAE ANDWAE!!”
PLETAK!!
“Duduk di kursimu atau…”
Siiing…
Appa menunjukkan sebuah benda berkilau yang dipinjamnya dari Bibi Jang. Pisau daging!! Seketika Hyuki menciut. Dengan cemberut ia berbalik pergi. Sementara aku? tentu saja melambaikan tangan sambil tersenyum manis kepadanya.
“Appa pabo!!” celutuk Jaeyoon dalam gendongan Eomma yang langsung membuat Hyuki mendelik kesal.
Lihat, betapa mengerikannya putraku. Hahahah…
Aku duduk di dekat jendela. Kulirik namja di sebelahku yang sedang main PSP. Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Astaga… Kenapa aku jadi gugup begini?? Kupalingkan wajahku menghadap jendela. Pesawat mulai bergerak terbang. Aku menatap pemandangan bawah yang semakin lama semakin kecil.
Puuk…
Aku menoleh dengan kaget saat mendapati kepala Kyuhyun yang bersandar di bahuku. Omo… kenapa jantungku jadi berdebar-debar begini?? Tanpa sadar aku sudah menahan nafas menatapnya. Kulirik psp yang ada di pangkuannya. Kuambil lalu kumasukkan ke dalam kantong yang ada di kursi.
Tanpa sengaja mataku melihat ke arah Hyuki. Astaga tuhan, ternyata Hyuki sedang menatapku dengan tatapan horornya. Dia marah, aku tau itu. perlahan kusingkirkan kepala Kyuhyun dari bahuku. Tapi…
Puuuk…
Kepala itu jatuh lagi ke atas bahuku. Kusingkirkan lagi, tapi jatuh lagi. Akhirnya aku menyerah dan menoleh ke arah Hyuki dengan tatapan ‘Aku-tidak-bisa-apa-apa’. Sementara Hyuki menggigit hodie yang dipakainya dengan kesal.
***

“Huwaaaahhh… Welcome Indonesiaaaa…” teriakku setelah sampai hotel. Kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur sementara Hyuki sedang di kamar mandi.
Aku memejamkan mata sejenak lalu mulai merasakan aneh saat laki-laki itu tidak juga muncul. Aku bangun dari tempat tidurku lalu menyusulnya ke kamar mandi. Dia sedang muntah-muntah di sana.
“Hyu, kau tidak apa-apa?” tanyaku sambil memijit bahunya pelan.
Dia hanya menggeleng pelan tanpa menoleh. Kemudian diusapnya bibirnya dengan air kran.
“Duduklah, ku ambilkan minum dulu,” kataku sambil menuntunnya ke tempat tidur.
Ku ambil sebotol teh lalu menghangatkannya di mesin. Kuhampiri Hyuki dan menyuruh laki-laki itu meminumnya.
“Merasa lebih baik?” tanyaku.
Ia mengangguk pelan lalu memelukku, membenamkan wajahnya ke leherku. Aigooo… Dia seperti Jaeyoon kalau seperti ini. kuusap-usap punggungnya pelan. Ah, ini sungguh menyenangkan. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Aku melepaskan pelukanku dan ia menatap enggan. Ternyata itu eomma yang mengantarkan Jaeyoon.
“Ini masih jam tujuh malam, mau jalan-jalan?” tanya Hyuki sambil merentangkan tangannya, meminta Jaeyoon yang ada dalam gendonganku.
“Kau yakin? Kita tidak mengerti bahasa mereka,” sautku.
“Gampang, kita telepon saja Ki Jou Ko, hahah…”
==” Dasar bodoh.
***

“Kau yakin jalan ke hotel lewat sana?” tanyaku.
“Tentu saja,”
“Tapi menurutku lewat sana!”
“Kau tidak percaya kepadaku?”
“Bukan begitu, aku hanya tidak ingin kita tersesat,”
Hyuki mengusap-usap dagunya (pose berfikir) “Bagaimana kalau kita suit saja?”
PLETAK
“ADAAWW…”
“Paboya!!”
“Ish… Dasar tidak sopan!”
“Hal ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan suit!!”
“Ara, ara! Telepon saja Ki Jou Ko!!”
“Kau saja! eh, di mana Jaeyon?” aku menatap sekitar dengan bingung.
“Tadi dia di sini,”
“Kau tidak menggandengnya?”
“Bukannya tadi kau yang menggandeng?”
“Tadi dia bersamamu!!”
“Ani, kau yang menggendongnya,”
“Kau yang mengajaknya melihat bebek karet (?)!!”
“Jadi Jaeyon??” (entah kenapa saya malah inget sponsor mie sedap ayam waktu bilang ‘jadi ayamku?!’ wkakakka)
“HILANG??”
“ANDWAEEEE!!!” pekik kami bersamaan.
“Jaeyon ah??” teriakku sambil menatap sekeliling yang ramai itu. Aissh… gara-gara Kyunyuk sialan itu mengajak kami ke pasar malem jaeyon jadi hilang.
“Tunggu sebentar, aku akan meminta bantuan,” kata Hyuki sambil mengirim pesan ke seluruh kontak di ponselnya.
“Kita berpencar, kalau sudah menemukannya lebih dulu kabari aku!!” sautku langsung berlari pergi.
Demi tuhan aku seribu kali lebih mencintai putraku itu dibanding monyet sialan itu. Di mana putraku sekarang berada??
***

Sudah berjam-jam aku berkeliling. Kakiku terasa sangat sakit. tapi putraku belum ditemukan. Bagaimana ini?? kuseret kakiku menuju sebuah pembatas taman yang terbuat dari semen. Aku duduk di sana. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya? Dia masih kecil dan tidak bisa bahasa asing. Apalagi ini di indonesia. Air mataku mengalir. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
“Yoon,”
Aku mengangkat wajah saat melihat seseorang memanggilku. Dia, Cho Kyuhyun.
“Jaeyoon sudah ketemu?”
Aku menggeleng lemah “Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya Kyuhyun ah??” isakku.
“Jangan memikirkan hal yang buruk, kami langsung ikut mencarinya begitu mendapat pesan dari Eunhyuk Hyung,”
“Tapi dia, dia belum ditemukan…”
“Jangan khawatir, saat ini kami sudah meminta bantuan polisi. Ki Jou Ko juga sedang mencarinya di alam lain,”
Aku melotot mendengarnya “Dia masih hidup setan!!”
“Ya kali aja dia nyasar ke alam lain kayak yang di film-film horor Indonesia,”
“Aku tidak mau pulang sebelum menemukannya,”
“Sudah ditemukan pun kita tidak akan bisa pulang! Kau tau ini di mana?!”
Kata-kata kyuhyun membuatku tersadar sesuatu. Aku menatap sekelilingku dan tidak tau sama sekali mengenai tempat ini. seberapa jauh tadi aku mencari??
“Bisa kau telepon seseorang?”
“Ponselku kehabisan baterai,”
Kuambil ponselku dan mencoba menghubungi Hyuki. Jantungku terasa berhenti saat mbak operator memberi tahu bahwa pulsaku sudah habis. Aku menatap Kyuhyun ngeri “Ja-jadi sekarang kita ikut tersesat?? Huwaaaaaaaa…. Jaemaaa yunpaaaa…. Anakmu ini kesasaaar!!!”

Tbc…