Tags

, , ,

Untitled-2

“Kim Yoon Hye. Namanya Kim Yoon Hye, mahasiswi jurusan sastra tingkat empat. Gadis paling suram di universitas ini. Kalau kau tidak bisa menjadikannya pacarmu selama tujuh hari, statusmu sebagai penakhluk wanita lebih baik kau buang saja.”

“Dan jika aku bisa?”

“Aku akan mengakuimu sebagai penakhluk paling mematikan.”

“Hanya itu?”

“Mobil sport terbaruku akan jadi milikmu!”

“Sepertinya menarik.”

———————

Gadis itu menghela nafas pelan. Ia masih ingat kejadian itu. Saat dimana dirinya mendengar pembicaraan Cho Kyuhyun dan Shim Changmin. Tentang taruhan yang melibatkan dirinya. Yoon Hye tidak terkejut saat pertama kali laki-laki itu datang padanya. Semua itu sudah direncanakan. Dan ia mengikuti rencana itu.

Hal yang paling dibencinya di dunia ini adalah dibodohi. Gadis itu mengeluh dalam hati. Kenapa seperti ini? Semua yang dialaminya bersama

Kyuhyun bukan seperti pura-pura. Ia bisa melihat sisi lain laki-laki itu saat bersamanya. Cho Kyuhyun tidak bersikap menjijikkan dengan mengatakan segala macam rayuan padanya. Bahkan laki-laki itu kadang terlihat gugup saat bersamanya. Ia tidak pernah melihat Cho Kyuhyun seperti itu sebelumnya. Yoon Hye dapat melihat rasa penasaran yang amat besar dalam mata coklat laki-laki itu. membuat jantungnya berdebar pelan.

Sikap Cho Kyuhyun yang seperti itu, membuatnya bersikap sama seperti biasa. Ia sama sekali tidak berpura-pura kepada laki-laki itu. Tapi kenapa Cho Kyuhyun harus melakukan hal yang dibencinya? Sialnya Yoon Hye merasa bahwa dirinya kalah. Gadis yang tidak pernah bisa ditakhlukkan itu, jatuh ditangan Cho Kyuhyun.

****

“Apa yang kau lamunkan?”

Gadis itu mengerjap pelan dan mendapati Cho Kyuhyun sudah ada di sebelahnya. Namja itu terlihat tampan dengan jaket cream muda panjangnya.

“Kyuhyun ah… Apa kau pernah makan permen kapas?”

Eoh?

Kyuhyun mengernyitkan keningnya pelan. Ia mengikuti arah tatapan gadis itu. Di sana ada sekerumunan anak TK yang masih memakai seragam dan topi kuning. Masing-masing anak memegang setangkai permen kapas.

“Appa sering membelikannya untukku dulu…” lanjut gadis itu, “Setiap akhir pekan, kami pergi ke taman bermain. Eomma akan mengomel karena aku memakan terlalu banyak permen kapas di sana.”

“Haruskah kita pergi ke sana sekarang?” tawar Kyuhyun tiba-tiba.

“Apa kau pernah ke sana sebelumnya?”

“Dulu saat aku masih kecil aku selalu ingin pergi ke sana. Tapi orangtuaku hanya bisa berjanji padaku. Semakin lama aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku tidak pernah berharap lagi.”

Kim Yoon Hye tercenung mendengarnya, “Jadi ini akan menjadi pertama kalinya untukmu?”

“Bisa dibilang seperti itu. Ini akan menjadi pertama kalinya aku ke sana. Juga pertama kalinya aku mengajak seorang gadis kencan di taman bermain.”

“Dan ini akan menjadi kencan pertamaku.”

“Kencan pertama kita,” tambah Kyuhyun sambil tersenyum, “Jadi… kita berangkat sekarang?”

Gadis itu menatap tangan Kyuhyun yang terulur padanya. Ia menyambut uluran tangan itu dengan perasaan berdebar. Hatinya terasa hangat saat menyentuh kulit itu.  Seulas senyuman tampak pada bibirnya saat namja itu menggenggam tangannya erat sambil berjalan pergi meninggalkan taman itu.

.

.

Mereka menjadi dua orang dewasa yang kembali seperti anak kecil. Tanpa rasa malu, mereka makan permen kapas, segala macam jajanan dan mencoba semua permainan bahkan yang untuk anak-anak sekalipun. Tanpa sadar, topeng mereka sebagai laki-laki keren si penakhluk wanita, atau gadis paling suram itu terlepas. Menampilkan peran yang sesungguhnya dari jiwa masing-masing. Tenggelam dalam tawa bahagia.

“Aku tidak tau kalau rasanya akan sesenang ini…” komentar Kyuhyun saat mereka duduk di salah satu bangku di tepi taman bermain.

“Lebih menyenangkan dari club yang dipenuhi yeoja sexy huh?” goda Yoon Hye.

“Benar… Lebih dari itu. Mereka semua terlihat seperti keluarga bahagia. Beruntung sekali mereka bisa mengalami hal ini,” kata Kyuhyun sambil menatap semua orang yang ada di taman bermain itu.

“Ya… Meskipun nantinya takdir akan menentukan jalannya sendiri-sendiri. Meskipun nanti mereka mengalami kesulitan, mereka masih beruntung pernah mengalami saat-saat bahagia seperti ini. Tapi pada kenyataannya mereka lupa bahwa mereka pernah bahagia sebelumnya. Bukankah manusia tidak pernah merasa puas?!”

“Yoon ah…”

“Hmm?”

“Apa kau bahagia saat ini?”

Gadis itu menatap kyuhyun dengan pandangan terkejut. Jantungnya berdebar saat mata coklat hangat itu mengunci tatapannya.

“Ya… Aku bahagia. Terima kasih…”

Kyuhyun tersenyum lembut, “Aku juga…”

Waktu terasa berhenti setiap kali pandangan mereka bertemu. Mereka seolah hanya mendengar detak jantung masing-masing. Lagi-lagi, tanpa diperintah otaknya, wajah Cho Kyuhyun mendekat. Mengecup bibir gadis itu. Begitu singkat, namun sanggup membuatnya membeku.

Pikiran gadis itu terasa kosong saat sesuatu yang lembut itu menekan bibirnya. Mereka masih saling bertatapan setelahnya. Tiba-tiba saja wajahnya terasa begitu panas. Yoon Hye memalingkan wajahnya dengan gugup.

“Su-sudah malam, lebih baik kita pulang!”

“Hajiman!” saut Kyuhyun cepat sambil menahan lengan Yoon Hye yang sudah akan beranjak dari duduknya. Memaksa gadis itu untuk tetap di tempatnya.

“Biarkan aku mencari tau…”

“Mwo?”

Kyuhyun tidak menjawabnya dengan kata-kata, namja itu hanya perlu mendekatkan kembali wajahnya untuk mengecup bibir Yoon Hye. mencari tau apa yang sebenarnya ia rasakan. Kali ini ia tidak melepasnya. Bibirnya menekan dalam dan mulai melumat dengan pelan. Membiarkan detak jantungnya bernyanyi seirama.

Tangan Yoon Hye mencengkeram lengan namja itu kuat sebelum akhirnya melemas. Ia terkejut dengan apa yang dilakukan Kyuhyun, tapi kemudian akhirnya menyerah. Membiarkan hatinya menampakkan diri. Ia menikmati debaran jantung itu. Juga lumatan Kyuhyun yang terasa manis. Perlahan, ia mulai membalasnya. Untuk sementara, biarlah hati mereka yang memainkan perannya.

****

Kim Yoon Hye duduk di atas kursi belajarnya sambil memeluk lutut. Matanya menatap sebuah kalender dengan tanda silang pada salah satu angkanya.

“Tujuh hari sudah berlalu…” gumamnya pelan, “Aku sudah kalah, tapi aku harus berpura-pura untuk menyelamatkan egoku. Apa kau keberatan Kyuhyun ah…?” bisiknya seorang diri.

Gadis itu membenamkan wajahnya pada kedua lututnya, menyembunyikan air matanya yang tumpah, “Bolehkah aku berharap padamu untuk esok? Kenapa aku harus jatuh cinta kepadamu…?”

.

.

Kyuhyun masih enggan turun dari dalam mobilnya. Kenapa tiba-tiba ia merasa aneh seperti ini? Hanya dengan memikirkan gadis itu, jantungnya berdetak kacau. Ia mendesah frustasi. Ia ingin menemui gadis itu, tapi ia terlalu gugup untuk bertemu kembali. Kemudian akhirnya ia menyerah. Keinginannya untuk melihat gadis itu sepertinya lebih besar. Ia turun dari mobil saat seseorang memanggilnya. Shim Changmin sedang berjalan ke arahnya.

“Wae?” tanya Kyuhyun saat melihat seringai di bibir Changmin.

“Waktumu sudah habis, aku kalah…”

“Mwo?”

“Kau lupa? Tujuh hari sudah berlalu. Dan sekarang aku mengakui bahwa kau adalah penakhluk wanita paling mematikan. Kau hebat.”

Kyuhyun tersentak menatap Changmin. Ia bahkan melupakan soal taruhan itu. Berada di sisi gadis itu, membuatnya lupa segalanya.

“Igo…” Changmin melemparkan sebuah kunci mobil yang reflek ditangkap oleh Kyuhyun, “Mobil sportku menjadi milikmu karena kau bisa berpacaran dengan Kim Yoon Hye selama tujuh hari. Aku harus pergi sekarang dan sepertinya kau juga harus menjelaskan sesuatu pada seseorang.”

“Mwo?” Kyuhyun menatap bingung Changmin. Tapi laki-laki itu tidak sedang menatapnya. Tapi sesuatu yang ada di belakangnya. Dengan cepat Kyuhyun berbalik. Matanya tersentak saat melihat gadis itu sedang berdiri tepat di belakangnya. Hanya berjarak satu meter.

“Lakukan dengan baik, Kyu!” Changmin menepuk lengan Kyuhyun pelan sambil melegang pergi. Meninggalkannya bersama gadis itu sendiri.

“Y-yoon ah… I-ini…”

“Aku senang kau berhasil mendapatkan mobil sport itu,” kata Yoon Hye. Dengan nada bicara yang masih sama seperti biasanya.

“Mungkin rasanya akan berbeda kalau saja aku tidak tau akan menjadi object taruhan,” lanjut gadis itu. ada rasa penyesalan di dalam suaranya.

Kyuhyun mengerjap pelan, “Kau tau?”

“Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian saat itu.”

“Jadi selama ini kau berpura-pura tidak tau? Wae?”

“Karena aku ingin membantumu,” saut Yoon Hye ringan, “Seorang Cho Kyuhyun membutuhkan Kim Yoon Hye untuk mendapatkan statusnya sebagai penakhluk wanita. Tanpaku, kau tidak akan diakui. Itu akan menjadi kepuasan untukku.”

Lagi-lagi Kyuhyun tersentak. Gadis itu menamparnya di tempat yang tepat. Di hatinya.

“Terima kasih untuk tujuh hari ini, kuharap kita tidak bertemu lagi.” Kata Yoon Hye dingin lalu berbalik dan melangkah pergi.

Namja itu masih terpaku di tempatnya. Pikirannya mendadak kacau. Ia tidak bisa berfikir apapun. Ia hanya tidak ingin gadis itu menghilang dari matanya. Ia hanya ingin gadis itu tau bahwa sebenarnya ia sudah kalah. Tanpa sadar, kakinya melangkah, menyusul gadisnya.

SET

Kim Yoon Hye terkejut saat tubuhnya dibalik paksa. Belum hilang keterkejutannya, sesuatu sudah menekan bibirnya kuat. Ia mendorong tubuh itu sekuat mungkin.

PLAK

Nafasnya berderu. Ditatapnya namja di depannya itu dengan kecewa, “Kau menjijikkan!” katanya kemudian melangkah pergi.

“Apa kau tidak merasakan apapun pada ciuman kemarin??” tanya Kyuhyun setengah berteriak.

Yoon Hye terus melangkahkan kakinya. Ia tidak ingin menoleh dan memperlihatkan air mata itu pada Cho Kyuhyun. Mengabaikan pertanyaan itu.

“Kau tau? Itu adalah ciuman pertamaku!!” tambah Kyuhyun.

DEG

Air mata gadis itu bergulir. Ia semakin mempercepat langkahnya. Tidak ingin melihat keadaan laki-laki itu juga tidak ingin memperlihatkan keadaannya sendiri. tidak ingin mendengar apapun lagi. Dan tidak ingin menjadi pusat perhatian oleh mata-mata yang sedang menatap mereka.

****

Club itu terlihat ramai seperti biasa. Suara music yang memekakkan telinga dipadu dengan lampu sorot warna-warni, membuat sebagian besar orang tertarik untuk menari. Shim Changmin tampak menikmati tariannya bersama seorang gadis sexy di depannya. Ketika matanya menangkap sosok yang dikenalnya, ia berhenti menari dan keluar dari kerumunan orang-orang itu.

Namja jangkung itu menghampiri meja bar lalu duduk di salah satu kursinya. Tepat di samping temannya yang terlihat sudah mabuk. Cho Kyuhyun.

“Berapa botol yang kau minum hari ini?” tanya Changmin kemudian meneguk minuman yang baru saja di berikan bartender padanya.

“Kau tau, Changmin ah…?” kata Kyuhyun dengan nada melantur, “Aku sebenarnya kalah darimu. Aniyo… Aku tidak kalah darimu… Aku berhasil menjadikannya kekasih selama tujuh hari, tapi aku kalah darinya…”

“Kau mabuk, Kyu.”

“Aku bukan penakhluk wanita, Changmin ah… Karena aku sudah kalah darinya. Aku mencintainya, Changmin ah…”

Changmin menyesap minumannya pelan dengan tatapan menerawang, “Mungkin dia juga mencintaimu,” sautnya pelan.

Kyuhyun meneguk minumannya lalu tiba-tiba tertawa, “Aku mempermainkannya, dan dia mempermainkanku… Bukankah itu adil…?”

Changmin merebut botol yang dipegang Kyuhyun. “Sudah cukup. Kau harus pulang!”

****

Kepala Kyuhyun seperti dihantam palu berkali-kali. Terus berdenyut-denyut seperti ingin pecah rasanya. Namja itu tidak tau berapa banyak soju yang ia minum kemarin. Kalau saja gadis itu tidak jauh lebih penting dari hidupnya, ia akan dengan senang hati melanjutkan tidurnya. Tapi ia harus bertemu gadis itu. Setidaknya, ia ingin gadis itu tau bahwa dalam masa taruhan itu, ia tidak pernah berpura-pura. Ia tidak perduli lagi dengan Changmin atau statusnya. Karena ia sudah menemukan apa yang selama ini dicarinya.

“Mwo? Cuti selama seminggu?” tanya Kyuhyun terkejut saat petugas memberinya informasi tentang Yoon Hye.

“Begitulah…”

Namja itu mendesah pelan, “Cogiyo… Apa kau bisa memberikan alamat rumahnya padaku?”

“Jeoseonghamnida, data mahasiswa bersifat rahasia. Kami tidak bisa memberikannya.”

“Ah ye, kamsahamnida.”

Sekarang sakit di kepala Kyuhyun lebih terasa berkali-kali lipat. Ia tidak tau dimana tempat tinggal gadis itu. Kemarin saat ia mengantarnya pulang, gadis itu memilih untuk berhenti di persimpangan jalan. Walaupun Kyuhyun menolak mentah-mentah, dia tetap bersikeras.

“Kau mencari Kim Yoon Hye?”

Suara itu membuat Kyuhyun menoleh. Ia melihat Shim Changmin sedang meminum soft drinknya dengan santai. Menghampirinya dan ikut bersandar pada bodi mobilnya.

“Dia mengambil cuti seminggu.”

“Aku tidak menyangka, seorang Cho Kyuhyun jatuh oleh seorang gadis bernama Kim Yoon Hye.”

“Apa itu penting?” tanya Kyuhyun datar.

Shim Changmin tertawa keras sambil menggeleng pelan. Ia merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Kyuhyun.

“Ige mwoya?”

“Aku yakin gadis itu berada di sana!”

Kyuhyun mengerutkan keningnya melihat sebuah alamat yang tertera pada lembar kertas itu. “Bagaimana kau tau?”

“Kau lupa? Aku tau segalanya,” seringai Changmin, membuat Kyuhyun mengumpat pelan.

Laki-laki itu membuka pintu mobilnya lalu pergi meninggalkan Changmin begitu saja.

.

.

“Lalu?”

“Tidak ada… Aku hanya jatuh cinta kepadanya. Itu saja… Menyedihkan bukan? Jatuh cinta kepada orang yang mempermainkanmu.”

Gadis berlesung pipi itu tersenyum, “Hmm… Tidak kalau orang itu juga mencintaimu.”

Yoon Hye tercenung menatap Shin Ae, gadis yang lebih muda tiga tahun darinya itu. Mereka dari kecil memang sudah dekat. Sebelum ia dan eommanya pindah ke Seoul, dulu mereka bertetangga. Setiap liburan, Yoon Hye selalu datang ke pulau jeju untuk mengunjungi kakek dan neneknya. Juga Shin Ae. Setiap ia ingin menyendiri, ia selalu pergi ke tempat ini. Karena tempat ini selalu mengingatkannya pada appanya yang meninggal akibat sakit jantung lima tahun yang lalu.

“Eonni…”

“Hmm?”

“Apa yang akan kau lakukan jika Cho Kyuhyun ternyata memang mencintaimu?”

“Mwo?”

Shin Ae tidak menjawab pertanyaan Yoon Hye. Gadis itu melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar pada sosok yang ada di belakangnya. Dengan cepat, Yoon Hye memutar kepalanya ke belakang dan terkesiap saat melihat laki-laki itu ada di sana. Berjalan menuju ke arahnya.

“Kurasa dia memang mencintaimu.”

Yoon Hye menatap Shin Ae kembali dengan diam. Tiba-tiba saja ia merasa tidak tau harus melakukan apa.

“Kalau kau membutuhkanku, aku ada di dalam café.” kata Shin Ae sebelum beranjak dari duduknya lalu berjalan masuk ke dalam café.

“Akhirnya aku menemukanmu…”

Suara itu membuat pikiran Yoon Hye kembali pada namja itu. Ia beranjak dari duduknya, menatap laki-laki yang berada tidak lebih satu meter darinya. Suasana café shop saat itu tidak terlalu ramai karena memang ini bukan hari libur. Hanya ada beberapa orang yang menempati meja luar dan beberapa lagi di dalam café.

“Darimana kau tau tempat ini?” tanya Yoon Hye

“Apakah itu pertanyaan penting?” balas Kyuhyun, “Bukan ‘Darimana kau tau tempat ini?’, tetapi ‘Kenapa kau ke sini?’.”

“Kenapa?”

“Karena kau. Aku kemari karena kau ada di sini.”

Yoon Hye menatap laki-laki itu waspada, “Bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak ingin bertemu denganmu?”

“Aku datang untuk minta maaf kepadamu. Aku tidak akan menjelaskannya karena semua itu kau sudah tau. Tapi… Aku tidak pernah menyesal sudah mengikuti taruhan itu.”

Gadis itu mendengus pelan mendengarnya. Apa ini sisi Cho Kyuhyun yang sebenarnya?

“Karena tanpa taruhan itu, aku tidak akan bertemu denganmu…”

DEG

Mata hitam itu menatap terkejut.

“Aku mungkin menang dari Shim Changmin untuk taruhan itu, tapi aku kalah darimu… Mungkin terlalu berlebihan untukmu jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, jadi bolehkah kukatakan padamu bahwa aku menyukaimu?”

Kim Yoon Hye terdiam. Ia menjadi bingung sekarang. “Apa kau selalu melakukan ini saat ingin mendapatkan sesuatu?”

“Aniyo… Ini pertama kalinya,” saut Kyuhyun cepat. “Sebelumnya aku tidak pernah menginginkan sesuatu. Sejak kecil aku terlalu banyak berharap. Seperti keinginanku untuk bisa seperti anak-anak yang lainnya. Berlibur bersama Appa dan Eomma, tampil di pentas sekolah untuk menunjukkan kemampuanku pada Appa dan Eomma, belajar agar mereka bangga padaku. Tapi semua itu menjadi sia-sia. Bahkan hanya untuk bertemu mereka aku harus menunggu berbulan-bulan. Kemudian aku berhenti berharap. Aku membiarkan semuanya terjadi sesuka mereka. Aku hanya mengikuti arus mereka.

Tapi ini pertama kalinya aku berusaha meraih sesuatu dalam hidupku. Aku tidak tau kenapa aku bisa menunjukkan diriku di depanmu. Aku tidak merayumu seperti aku merayu mereka. Aku tidak mengatakan apapun seperti yang kukatakan kepada mereka. Aku mengajakmu ke rumahku tapi tidak pernah pada mereka. Dan aku menciummu, bukan mencium mereka. Aku mungkin memang di kenal suka bermain-main dengan mereka. Tapi aku pernah mengatakannya kepadamu bahwa aku tidak akan main-main dengan hal semacam itu. Kau yang pertama untukku.”

Gadis itu bahkan tidak tau harus membalas dengan apa. Otaknya seperti dipenuhi oleh kata-kata Cho Kyuhyun sehingga tidak ada hal sekecil apapun yang bisa digunakannya untuk membalas laki-laki itu.

“Setelah semua yang kuungkapkan padamu, apakah masih berlebihan jika aku mengatakan hal itu padamu?” tanya Kyuhyun lagi.

“Mwo?”

“Aku mencintaimu, Kim Yoon Hye.”

“Aku…” Yoon Hye bingung harus mengatakan apa, ia tidak tau. “Aku… Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti kenapa aku berpura-pura tidak tau apapun tentang taruhan itu. Awalnya alasanku sama sepertimu. Kau ingin mempermainkanku, aku akan mengikuti permainanmu. Tapi aku jadi bertanya-tanya, kenapa aku melakukannya? Apa mungkin karena alasan yang ku katakan kepadamu? Apa kau ingat?”

‘Karena aku juga tertarik padamu…’

Kyuhyun mengangguk pelan.

“Kau tau? Hal yang paling kubenci dalam hidup ini adalah dibodohi… Dan kau melakukan hal itu padaku,” mata gadis itu mulai berair, “Tapi aku juga sama denganmu. Kalau bukan karena taruhan itu, kita tidak akan pernah saling mengenal. Apa aku boleh menyebutnya sebagai takdir…?”

“Yoon ah…”

“Aku benci mengakui hal ini. Alasan kenapa aku benci dibodohi adalah hanya karena aku malu pada diriku sendiri. Kenapa?” air mata gadis itu mulai jatuh. Ia terisak, “Kenapa seorang Kim Yoon Hye bisa dipermainkan seperti ini? Kenapa seorang Kim Yoon Hye bisa dijatuhkan seperti ini? Kenapa seorang Kim Yoon Hye harus mencintainya. Aku menganggap diriku sendiri  adalah hal yang berharga. Dan aku marah. Aku marah karena pada kenyataannya aku telah kalah.”

Tanpa menunggu lebih lama, laki-laki itu melangkah lalu Menarik gadis itu. merengkuhnya dalam dekapan. Tidak ingin melepasnya lagi.

“Bisakah kau menganggap taruhan itu adalah takdir kita? Jangan pikirkan apapun lagi tentang harga diri. Karena yang kutau saat ini hanya aku mencintaimu dan tidak ingin kau menghilang dari pandanganku.”

Gadis itu memeluk kyuhyun semakin erat. Ia mengangguk pelan. Karena buruk ataupun tidak, suatu kejadian itu sebenarnya adalah takdir terbaik yang harus di lewati. Sesederhana itu…

Kruuuukk…

Yoon Hye mengernyitkan keningnya. Ia melepaskan diri dari pelukan namja itu dengan bingung.

“Aku lapar…” desah Kyuhyun pelan.

“Mwo??” Yoon Hye menatap tercengang. Sedetik kemudian tawanya meledak.

“YAA!! Aku seperti ini karena kau! Kenapa menertawakanku?” teriak Kyuhyun kesal.

“Lalu kau ingin aku bagaimana? Menangisimu? Ayolah… Ini adalah hal paling lucu dalam hidupku.”

“Mwo? Lucu? Kau bilang lucu? Kepalaku seperti pecah rasanya karena mabuk semalam di tambah kau menghilang, kau bilang lucu? Pagi tadi aku langsung naik pesawat ke Jeju untuk menemuimu dan tidak makan sejak semalam, kau bilang itu lucu?? Aissh… Neo jinjja_”

“Jadi kau menyalahkanku?” tanya Yoon Hye dingin. Tawa gadis itu menghilang. “Aku tidak pernah memintamu untuk datang kemari, jadi kenapa itu salahku? Aku sudah pernah bilang kalau aku tidak ingin bertemu denganmu!!!

“Aigo… Aigo… Kenapa kalian membuat ribut di cafeku? Lihat, semua orang sedang menatap kalian saat ini. Aiishh… anak muda sekarang. Yaa, Yoon ah… ini pertama kalinya kekasihmu datang kemari, kenapa kalian_”

“Ajhuma~ Dia bukan kekasihku!!” potong Yoon Hye kesal.

“Mwo??” Kyuhyun menatap tidak percaya, “Yaa! Setelah yang kita alami tadi kau sama sekali tidak menganggapku?”

“Apanya yang tidak menganggapmu? Bukankah kemarin kita sudah putus? Tujuh hari itu sudah berakhir. Kuingatkan kau!”

“YAA, Kim Yoon Hye!! Kau mencintaiku!” tandas Kyuhyun.

“Aku memang mencintaimu, tapi aku belum memutuskan untuk menerimamu! Kka! Pulanglah, aku ingin sendiri di sini!” saut Yoon Hye tidak acuh sambil berbalik, melangkah pergi.

SET

Chuup…

Mata indah itu terbelak saat merasakan lumatan lembut pada bibirnya. Tubuhnya mematung seketika.

“Kalau kau tidak mengakuiku sebagai kekasihmu, aku akan menciummu tidak perduli itu di depan umum sekalipun,” bisik Kyuhyun dengan tatapan dalamnya. Ia melepaskan tubuh gadis yang masih mematung itu lalu berjalan pergi.

“Y-yaa, neo eodiga?” tanya Yoon Hye yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

“Pulang! Bukankah kau sudah mengusirku?!” saut Kyuhyun tanpa menoleh.

“YAA!!”

“Omo eonni… Kalian romantis sekali…” saut seorang gadis berlesung pipi yang sejak tadi melihat pertarungan kedua orang itu bersama eommanya.

****

Seperti biasa, tempat parkir favorite Kyuhyun adalah di depan gedung utama. Meskipun itu bukan tempat parkir sebenarnya. Petugas sudah bosan untuk memperingatkannya hingga mereka akhirnya membiarkan mobil itu sedikit menghalangi jalan.

Cho Kyuhyun sedang bersandar di badan mobilnya sambil sibuk dengan ponselnya. Wajahnya berkerut-kerut kesal sejak tadi karena ponsel gadis itu dimatikan.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Changmin yang tiba-tiba sudah berada di samping Kyuhyun. “Bagaimana kemarin? Apa aku harus mengucapkan selamat padamu?”

“Kalau kau tidak diam, aku akan melemparmu Changmin ah…”

“Omo… Kenapa kau jadi segalak ini?” Changmin tergelak pelan, “Tidak perlu menghubunginya, dia sedang berjalan kemari!”

Kyuhyun menghentikan gerakannya lalu mengangkat wajah. Ia melihat gadis itu sedang berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di depan Shim Changmin. Tunggu… Shim Changmin?

“Berikan padaku!” kata Yoon Hye sebelum Kyuhyun membuka mulut untuk bertanya. Gadis itu mengulurkan tangannya, meminta sesuatu pada Changmin.

“M-mwoya?” tanya Changmin dengan gugup sekaligus takut.

“Kunci apartementku! Palli!!”

“Mwo?” teriak Kyuhyun, “YAA! Kenapa dia membawa kunci apartementmu?”

“Yoon ah… Jebal…” rengek Changmin dengan wajah mengenaskan.

“Oppa, palliwa!!”

“Oppa?” tanya Kyuhyun seperti orang idiot.

“Appanya menikah dengan eomma tiga tahun yang lalu!” jelas Yoon Hye tanpa menatap Kyuhyun.

“MWO? Jadi_”

“Oppa, palliwa!!” bentak Yoon Hye.

Dengan tidak rela hati Changmin memberikan kunci berbandul boneka beruang itu ke tangan Yoon Hye. “Mulai sekarang, jangan datang lagi ke apartementku. Jangan menginap di apartementku, dan jangan menjadikan apartementku hotel tempat mesum, arachi?!”

“I-igo…”

“Atau aku akan melaporkanmu pada appa!” tandas gadis itu membuat Changmin mati kutu, “Pantas saja appa tidak membiarkanmu tinggal di luar dan selalu memeriksa kartu kreditmu. Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau kau anakku. Apa aku harus balas dendam padamu? Sepertinya kau cocok untuk dijadikan bahan taruhan. Tapi aku ragu apa ada gadis baik-baik yang mau denganmu!”

“Yaa Kim Yoon Hye! Jangan berani-berani… Kuperingatkan kau!” ancam Changmin.

“Aku tidak takut padamu!” jawab Yoon Hye sambil melegang pergi.

“Kalau kau melakukannya, aku akan membunuh Kyuhyun!!”

“Lakukan saja sesukamu.”

“YAA!! Aku ini kekasihmu!!” teriak Kyuhyun kesal.

“Aku tidak dengar!”

“Yaa, Kim Yoon Hye!! Aiish… Jinjja!”

“Wanita memang memusingkan!!” komentar changmin dan kyuhyun kompak.

FIN

Selesaiiiiii…. Maap sebelumnya lupa ngasih tanda chapter di judul part pertama. Biasa kemampuan vea kambuh kakakka… #bangga
Gimana?? Suka karakter pabo kyu di sini?? hahahha… Puas banget nistain kyu *evil mode*