Tags

, ,

5 second copy

“Setiap aku berpikir untuk pergi, saat itu juga aku berpikir bagaimana jika lima detik setelah kepergianku kau akan datang? Aku tidak ingin menyesal seumur hidupku hanya karena lima detik saja, Yoon ah…”

=============================

“Yoon ah… Ayo kita berpisah.”

Gadis itu terdiam dengan setengah wajah yang tenggelam dalam lilitan syal hitam yang membalut lehernya. Butiran salju yang turun kontras dengan warna rambut, syal dan jaket yang dipakainya.

“Aku lelah. Sepertinya hanya aku yang berusaha dalam hubungan ini. kau bahkan tidak pernah berusaha untuk peduli. Cukup dua tahun ini saja. Sulit untuk kita meneruskannya. Kau sering melupakan janji kita, juga selalu terlambat. Sepertinya kau memang lebih mencintai pekerjaanmu.”

“Araseo.” Jawab gadis itu singkat tanpa menyangkal sama sekali. Seolah membenarkan semua perkataan kekasih –mantannya sekarang.

“Anyeong.”

Tubuh tegap itu berjalan semakin menjauh. meninggalkan gadis yang masih berdiri ditempatnya dengan sepasang sepatu berbeda yang dipakainya. Merelakan dan melepas seseorang yang dicintainya.

*****

Lee Hyuk Jae menggosok-gosokkan telapak tangannya sambil meniupnya sesekali. Hari ini salju turun dengan lebat. Sudah hampir satu jam ia duduk di kedai pinggir jalan. Dan satu botol soju yang sudah habis tidak mampu menghangatkannya. Ia tidak ingin minum terlalu banyak karena ada seseorang yang sedang ditunggunya.

“Lee Hyuk Jae ssi?”

Namja itu menoleh saat seseorang memanggilnya. “Oh, Cho Kyuhyun ssi! Apa kau baru saja keluar kantor?”

“Ne. Apa sejak tadi kau ada di sini?”

“Ne, aku sedang menunggu seseorang.” Jawab Hyuk Jae, “duduklah!”

Cho Kyuhyun mengambil tempat di depan namja yang langsung menuangkan soju pada gelas dihadapannya. “Kudengar ada beberapa pegawai yang akan diberangkatkan ke jepang kembali. apa kau tidak ingin mengambilnya seperti tahun lalu?”

Lee Hyuk Jae tersenyum mendengarnya, “Aku tidak bisa. Ada seseorang di sini.”

“Aah… Begitu.” Sahut Kyuhyun kemudian menegak segelas soju itu, “Siapa yang sedang kau tunggu? Yochin?” [yeojachingu = pacar]

“Ne.” jawab Hyuk Jae sambil tersenyum.

“Dia membiarkanmu menunggu selama ini?”

“Aku sudah biasa.” Jawab namja itu tenang, “Sebagai penulis, dia bahkan sering lupa punya janji denganku.”

“Penulis? Siapa namanya?”

“Kim Yoon Hye. Apa kau pernah mendengarnya?”

Cho Kyuhyun hanya tersenyum. Tentu saja namja itu tau. Karena Yoon Hye adalah mantan kekasihnya. Mendengar dari cerita Hyuk Jae, sepertinya gadis itu belum berubah sama sekali. Masih sering lupa dan selalu terlambat.

“Apa dia sering melupakan janji?”

“Ya. Karena pekerjaannya dia bahkan selalu lupa untuk makan jika sudah berada di depan layar komputer.”

“Kau baik-baik saja dengan itu?”

“Jika dia lupa, tugasku untuk mengingatkannya.”

“Kau juga tidak keberatan untuk menunggunya?”

“Karena aku tau usahanya untuk datang menemuiku secepatnya.”

“Bagaimana kau tau dia sudah berusaha?”

“Hanya dengan melihatnya saja aku sudah tau. Karena dia sering datang tanpa memakai jaket. terkadang dia datang dengan rambut berantakan. Juga dengan sepatu yang berbeda. Bisa kusimpulkan kalau dia langsung meninggalkan pekerjaannya saat aku menelepon atau mengirim pesan untuk mengingatkannya ketika ada janji. Dia pasti terburu-buru hingga tidak sempat memakai jaket atau memakai sepatu dengan benar. Karena dia mengerti ada seseorang yang sedang menunggunya. jadi bagaimana aku bisa meninggalkannya atau marah padanya? Dia sudah berusaha untuk datang menemuiku, jadi aku juga akan berusaha untuk selalu menunggunya meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan melakukannya.”

Cho Kyuhyun tertegun mendengarnya. Hal yang terlewat olehnya, tidak sekali pun terlewat oleh namja itu. Dia bahkan selalu marah saat Yoon Hye melupakan jaketnya.

“Tapi… Apa kau pernah merasa bosan menunggunya? Sekali saja.”

Namja itu tertawa sebelum menegak sojunya. “Aku sudah pernah menunggunya semalaman ketika memintanya menjadi kekasihku. Hanya satu atau dua jam bukan masalah lagi untukku.”

“Setidaknya sesekali dia harus datang tepat waktu.”

“Aku akan datang langsung ke apartementnya jika aku ingin dia tepat waktu. Seperti saat kami menghadiri acara undangan atau bertemu dengan teman.”

Lagi, Kyuhyun terkejut mendengarnya. Dia bahkan hampir tidak pernah menjemput gadis itu di apartementnya, “Dia tinggal dekat denganmu?”

“Tidak. Apartementnya ada di daerah Apgujong.”

Masih sama. Pikir kyuhyun dalam hati. Gadis itu masih tinggal di sana. “Bukankah itu jauh?”

“Apa boleh buat? Aku meminta seorang gadis yang tinggal di sana untuk menjadi kekasihku. Jadi itu sudah menjadi pilihanku sejak awal.”

“Oppa!!”

Teriakan itu membuat keduanya menoleh ke asal suara. Gadis itu baru saja tiba dengan napas naik turun.

“Aigoo… Apa kau berlari dari halte kemari? Bukankah sudah kubilang jangan terburu-buru?” ucap Lee Hyuk Jae sambil menghampiri gadis itu, melepaskan syal yang melilit di lehernya lalu melingkarkan ke leher gadis itu. “Lihat, kau memakai sepatu yang berbeda lagi.”

Kim Yoon Hye menunduk, memperhatikan kakinya yang memakai sepatu kuning pada kaki kanan dan hijau pada kaki kiri. Dia tertawa kecil, “Mianhae… Aku tidak ingin membiarkanmu menunggu terlalu lama.”

“Menunggumu seumur hidup pun aku tidak keberatan.”

“Heol!” dengus Yoon Hye pelan.

Seseorang tertawa kecil melihatnya. Membuat gadis itu menggerakkan kepalanya, menatap object yang masih duduk di tempatnya.

“Lama tidak bertemu, Kim Yoon Hye!”

Senyum Yoon Hye menghilang. Ia menatap lurus-lurus namja yang tidak banyak berubah itu. Wajah itu masih sama dengan yang terakhir kali dilihatnya. “Cho Kyuhyun…”

“Kalian saling mengenal?” tanya Hyuk Jae bingung.

Cho Kyuhyun beranjak dari duduknya, menghampiri gadis itu. ia menarik napas lalu tersenyum, “Dulu aku yang meninggalkanmu tapi sekarang kenapa rasanya aku yang kau tinggalkan?” tanya Kyuhyun, “Aku mengatakan padamu bahwa kau tidak pernah perduli dan lebih mencintai pekerjaanmu, tapi sekarang seseorang membuka mataku lebar-lebar bahwa aku lah yang tidak bisa mengerti dirimu. Aku senang kau mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku.”

“Tunggu! Jangan bilang kalau…” kalimat Lee Hyuk Jae menggantung

“Itu benar. Aku mantan kekasihnya, orang yang melukainya.” Jawab Kyuhyun. “Baiklah, aku pergi dulu. soju malam ini aku sudah membayarnya. Bersenang-senanglah.”

“Cho Kyuhyun ssi!” panggil Hyuk Jae saat Kyuhyun meraih tasnya di atas meja, “Terima kasih sudah melepasnya dulu.”

Namja itu tersenyum, “Sampai jumpa di kantor besok!” pamitnya.

“Apa dia teman sekantormu?” tanya Yoon Hye.

“Ya.” Jawab Hyuk Jae pelan, “Karena kau sudah datang, ayo kita pergi. Kau bilang ingin menonton.”

Gadis itu tersenyum lalu mengangguk. Hyuk Jae meraih jemari yang dingin itu, menggenggamnya lalu memasukkan ke dalam saku jaket panjangnya. Memberinya kehangatan di musim dingin dengan saljunya yang memenuhi udara.

“Sebentar lagi natal, apa kau punya waktu luang? Jika tidak kita bisa merayakannya di apartementmu. Atau kau akan pulang ke rumah orangtuamu?”

“Aku masih belum memikirkannya.”

“Baiklah. Kalau kau sudah memikirkannya, beritahu aku karena aku akan menempel padamu kemana pun kau pergi.”

“Yaa!”

 

*****

 

“Aku ingin kau menjadi kekasihku.” Kedua manik hitam itu menatap penuh kesungguhan.

“Kau tidak akan bisa menungguku. Karena aku akan selalu terlambat.” Jawab sang gadis dengan nada datar.

“Aku akan menunggumu, meskipun itu membutuhkan waktu seumur hidupku. Aku akan menyerah saat kau sudah memiliki orang yang benar-benar tepat untukmu.” Tidak menyerah, Lee Hyuk Jae berusaha menyakinkannya.

“Baik, tunggulah! Aku sudah mengatakannya padamu!” jawab gadis itu sebelum pergi meninggalkan namja yang masih berdiri di tempatnya itu.

.

.

“Kau menungguku di sini semalaman? Kenapa?” tanya Kim Yoon Hye keesokan harinya.

“Sudah kubilang aku akan menunggumu.” Jawab Hyuk Jae dengan suara terputus-putus karena tubuhnya hampir membeku. Gumpalan putih salju yang dingin itu mengotori rambut dan jaketnya.

“Bagaimana jika aku benar-benar tidak datang? Kau bisa mati beku.”

“Tapi kau datang.”

“Kenapa kau tidak pergi saja?”

“Setiap aku berpikir untuk pergi, saat itu juga aku berpikir bagaimana jika lima detik setelah kepergianku kau akan datang? Aku tidak ingin menyesal seumur hidupku hanya karena lima detik saja, yoon ah…”

“Aku selalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku sering lupa dengan janji yang kubuat, juga sering terlambat datang.”

“Aku tau. aku akan mengingatkanmu, aku juga akan menunggumu.” Janji Hyuk Jae.

“Kenapa?”

“Karena aku jatuh cinta pada gadis yang sering lupa dan selalu terlambat. Apa boleh buat?” bibir pucat itu tersenyum dengan tatapan hangat. Sehangat mentari di awal musim semi yang melelehkan tumpukan salju.

*****