Tags

,

pieces of love

Because I need someone who can understand me and I can understand her too…

****

“Mianhae… Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini. aku tau manga pasti berarti untukmu, tapi aku sepertinya tidak akan pernah bisa memahaminya. Karena itu… ayo kita putus, Yoon ah!”

Ini sudah yang kesekian kalinya… Apa salahnya menjadi penggambar komik? Apa mencintai dunia manga itu sangat aneh? Apa sebaiknya aku pindah ke Jepang saja? Sekarang aku mengerti bahwa selama ini belum pernah ada yang memahamiku…

Kim Yoon Hye

—————–

“Oppa kau menyebalkan! Kau sama sekali tidak peka! Aku selalu menunggu dan menunggu agar kau mengerti. Tapi kau tidak pernah berubah. Tidak romantis sama sekali. Aku lelah, kita putus saja!”

Aku masih bingung dengan semua yang dikatakan gadis-gadis itu. mereka semua mengatakan aku tidak peka dan tidak pernah mengerti. Padahal aku selalu berusaha memahami mereka. Mungkin memang aku yang tidak pernah bisa memahami mereka…

Cho Kyuhyun

——————

Cho Kyuhyun menatap gadis itu tanpa bosan. Ia suka memperhatikan ekspresi gadis itu. Saat dia tertawa sendiri karena mendapat ide untuk komiknya, saat dia kesal karena Kyuhyun pernah menjahilinya dengan mencoba menggambar wajahnya tapi berakhir seperti coretan anak TK, saat dia menangis karena kehilangan file gambarnya, saat dia berceloteh tentang dunianya, saat dia serius menggambar, apapun dari gadis itu, ia menyukainya. Ia tidak menyangka bisa menjalin hubungan tiga bulan lebih dengan gadis di depannya ini. Sebelumnya ia tidak pernah lebih dari sebulan untuk menjalin hubungan dengan seorang gadis.

Mereka bertemu di suatu mall. Saat ia berdiri bingung di depan sebuah conter alat music, tiba-tiba saja gadis itu menghampirinya lalu menatapnya intens. Membuatnya sangat gugup. Di tambah satu kalimat yang keluar dari bibirnya.

“Cogiyo… Kau benar-benar tampan, bolehkah aku jadi kekasihmu?”

Awalnya Kyuhyun sangat bingung dengan permintaan tiba-tiba itu. mereka baru saja bertemu dan belum tau nama masing-masing, tapi gadis ini sudah meminta hal yang diluar perkiraannya.

“Bagaimana?” desak gadis itu.

“Ne…?”

“’Ne’? Kau bilang ‘ne’? Kau setuju? Gomawoyooo….”

“Eeeh???”

“Kajja!” dengan semangat gadis itu menarik Kyuhyun yang masih bingung. Mereka masuk ke dalam sebuah café.

“Duduklah, akan kutraktir!” kata gadis itu lalu memanggil pelayan dengan semangat.

Kyuhyun masih tidak mengerti. ia bahkan tidak tau harus bertanya apa. Gadis itu terlihat sibuk. Dia mengeluarkan sebuah buku gambar lalu mulai membuat sketsa.

“Cogiyo… Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Kyuhyun bingung.

Bibir gadis itu tersenyum, “Aku sedang menggambarmu. Kau boleh makan apapun. Kau benar-benar tampan, cocok sekali untuk karakter manga yang kugambar.”

“Kau menggambar manga?”

“Ne!” jawab gadis itu semangat.

Kemudian selama satu jam ke depan, gadis itu berceloteh semangat tentang dunia manga.

“Apa tidak ada yang pernah mengatakan padamu kalau kau sangat terbuka?” tanya Kyuhyun sambil makan ice cream.

“Pernah,” jawab gadis itu sambil tersenyum, “Karena aku ingin siapapun yang kukenal tau bagaimana diriku. Tidak banyak orang yang bisa memahami kenapa aku mencintai dunia komik. Aku tidak ingin mereka kecewa padaku, jadi aku menunjukkan siapa diriku dari awal. Kalau mereka tidak bisa menerimaku, mereka boleh pergi.”

“Lalu, kenapa kau ingin menjadi kekasihku?”

“Agar aku bisa melihatmu setiap saat. Aku ingin menggambarmu.” Jawab gadis itu jujur, “tunggu dulu… kau tidak punya kekasih bukan?”

“Aku punya,” jawab Kyuhyun sambil tersenyum.

“Jeongmalyo??” pekik gadis itu, “Mianhaeyo… Aku tidak tau, tadi aku bicara begitu saja. Tapi… apa aku masih boleh menggambarmu?”

“Kenapa tidak? kekasihku sangat suka menggambar, bagaimana bisa aku menolaknya?”

“Suka… A-apa…?”

Bibir Kyuhyun tersenyum. Ditatapnya gadis itu lembut. Dan ia yakin muncul semburat merah pada pipi gadis itu.

“Gomawoyo…” bisik gadis itu pelan.

“Siapa namamu?” tanya Kyuhyun.

“A-ah… Yoon Hye. Kim Yoon Hye. Kau?”

“Kenalkan, Cho Kyuhyun imnida. Aku kekasih Kim Yoon Hye. Bangapta…”

Sejak itulah hubungan mereka terjalin. Tanpa ungkapan cinta, bahkan sebelum tau nama masing-masing. Mereka mulai berjalan bersama hingga saat ini. Siapa yang menyangka kalau ternyata mereka kuliah di tempat yang sama meskipun berbeda jurusan. Kyuhyun di jurusan music dan Yoon Hye di jurusan gambar.

Kim Yoon Hye meletakkan pensilnya lalu meregangkan lengannya yang kaku. Matanya mengerjap pelan. Kemana kekasihnya pergi? Tadi dia masih duduk di hadapannya. Apa dia bosan? Tiba-tiba saja matanya menatap sebuah kotak di meja. Ia meraihnya lalu mengambil secarik kertas diatasnya.

‘Aku ada kelas jam dua dan aku tidak ingin mengganggumu jadi aku pergi lebih dulu. Jangan lupa makan!’

Gadis itu tersenyum sambil menatap kotak makan siang itu. Ia meraih kertas lalu menggambar sesuatu kemudian memotretnya. Dikirimnya gambar itu pada Cho Kyuhyun.
.
.
Ponsel Kyuhyun bergetar pelan saat sebuah pesan masuk. Ia membuka ponsel itu diam-diam dari balik bukunya saat dosen tidak memperhatikannya. Bibirnya tersenyum menatap gambar yang dikirim kekasihnya. Gambar karakter kekasihnya dalam bentuk chibi yang sedang makan nasi kotak yang diberikannya tadi.

‘Gomawooo… >.< Ayo kita makan malam bersama nanti!’

Laki-laki itu ingat. Ia pernah melakukan ini sebelumnya. Pada mantan kekasihnya dulu. Saat gadis itu sibuk menatap majalan fashion dengan wajah bahagia. Kyuhyun tidak ingin mengganggunya, jadi laki-laki itu pergi setelah meninggalkan sebuah kotak makan siang. Tapi bukannya berterima kasih, gadis itu meneleponnya sambil marah-marah karena Kyuhyun meninggalkannya sendiri dan membelikannya makan siang padahal gadis itu sedang diet.

Kyuhyun jadi tidak mengerti. Sebenarnya apa salahnya? Dia hanya tidak ingin mengganggu dan tidak ingin gadisnya sakit karena melewatkan makan siang. Lalu kenapa dia marah-marah? Tetapi tidak lagi sekarang. Kim Yoon Hye tidak pernah marah padanya. Gadis itu selalu mengirimkan gambar karakter chibi sebagai ungkapan perasaannya. Membuat Kyuhyun merasa bahwa ia selalu bisa memahami gadis itu.
.
.
“Tidak menggambar?” tanya Kyuhyun saat melihat gadis itu tidak memegang buku sketsa seperti biasanya.

“Pekerjaanku sudah selesai. Aku ingin istirahat sebentar.”

“Kau ingat? Kita ke café ini saat pertama kali bertemu.”

Gadis itu menyengir, “Kau pasti menganggapku gila saat itu.”

“Ani, aku hanya bingung.”

“Kalau dipikir-pikir hubungan kita aneh. Apa menurutmu ada pasangan lain yang seperti kita? Kita berpacaran bukan karena saling mencintai.”

Kyuhyun mengerutkan keningnya, berfikir. “Kenapa kau bilang begitu?”

“Kita bahkan berpacaran sebelum tau nama masing-masing. Bukankah itu sangat aneh?”

“Mungkin memang aneh…”

“Aku penasaran. Sudah lama aku ingin bertanya padamu. Kenapa kau mau menjadi kekasihku?”

“Kau benar-benar ingin tau?”

Yoon Hye mengangguk pelan. “Sampai sekarang aku masih merasa hubungan kita aneh.”

“Mendekatlah!” pinta laki-laki itu sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Seolah kata-kata yang akan diucapnya tidak boleh didengar oleh orang lain.

“Jadi… kenapa?” tanya Yoon Hye pelan sambil ikut mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Karena aku membutuhkan seseorang yang bisa memahamiku dan yang bisa kupahami juga,” jawab Kyuhyun dengan tatapan lembutnya, “bukankah saling memahami, saling mengerti dan saling menerima adalah bagian dari cinta?” dan kalimat selanjutnya, membuat jantung gadis itu berdetak kacau. “aku mencintaimu sebagaimana caramu memahamiku dan caraku memahamimu.”

Kyuhyun meraih buku menu, menutupi wajah mereka sebelum ia menekan bibir gadis itu lalu melumatnya dengan lembut.